MEDAN | GLOBAL SUMUT-Beranjak dari komitmen dan kepedulian yang sama antara Yayasan Budaya Hijau (YBH) Indonesia dan Coca-Cola Europasific Partners (CCEP) Indonesia terhadap lingkungan, khususnya terhadap potensi bahaya dan bencana di Benteng Sungai Deli di Kelurahan Pekan Labuhan dan Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan yang sebelumnya mengalami longsor di benteng sungai.
Untuk mengurangi risiko dan dampak terhadap alam, maka YBH Indonesia dan CCEP Indonesia membangun sebuah program yang dinamakan “Green Belt Project” yang bertujuan sebagai pengaman benteng sungai secara jangka panjang agar tidak terjadi longsor yang dapat mengakibatkan banjir atau bahaya lainnya terhadap masyarakat di sekitar sungai.
YBH Indonesia dan CCEP Indonesia juga berupaya untuk menjalin kerja sama dengan banyak pihak untuk turut berpartisipasi dalam program Green Belt Project seperti yang sudah dikonfirmasi sebelumnya kepada Balai Wilayah Sungai Sumatera II (BWSS II), BPBD Kota Medan, Kampung Dongeng Medan beserta seluruh partisipan lainnya.
Bertepatan pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di tanggal 5 Juni 2021, YBH Indonesia, CCEP Indonesia beserta seluruh sponsor, pendukung dan donatur kegiatan melakukan peluncuran Green Belt Project di Lingkungan 6, Kelurahan Pekan Labuhan melalui kegiatan penanaman berbagai jenis pohon di benteng Sungai Deli sebanyak 500 batang, penuangan Eco Enzyme sebanyak 450 liter, pelepasan bibit ikan sebanyak 3.600 ekor, penyerahan karung sebanyak 500 buah dan kampung anak dengan tema lingkungan hidup.
Peluncuran Green Belt Project ini turut dihadiri Gubernur Sumatera Utara yang diwakilkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Ketua Pembina dan Ketua Umum Yayasan Budaya Hijau Indonesia, Camat Medan Labuhan, Lurah Pekan Labuhan, Kepala Lingkungan 6, NTU Academy, GEMA INTI, KADIN Sumut, Ketua KADIN Medan, UBN Indonesia, PT. PELINDO 1, Grab, Alfamidi serta 250 orang relawan Eco Enzyme yang ikut berpartisipasi.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2021 ini terasa sangat berbeda dikarenakan kondisi pandemi COVID-19 yang belum berakhir. Kegiatan dilakukan tanpa seremonial untuk menjaga keselamatan dan kesehatan bersama. Penanaman pohon, penuangan eco enzym dan kegiatan lainnya juga dilakukan secara terpisah dengan pembagian peserta di 3 (tiga) zona, yaitu: Zona Central, Zona Utara dan Zona Selatan sehingga seluruh peserta, undangan dan relawan dapat terus menjaga jarak dan tidak terjadi kerumunan.
Gubernur Sumatera Utara yang diwakili oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumataera Utara, Dr. Tengku Amri Fadli, M.Kes, menyatakan apresiasinya dalam kata sambutannya. “Saya sangat mengapresiasi gagasan yang dilakukan oleh YBH Indonesia dan CCEP Indonesia melalui program Green Belt Poroject ini. Kami juga tertarik untuk berdiskusi lebih lanjut tentang informasi program ini dan kedepan akan mengundang para inisiator untuk audiensi di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Yayasan Budaya Hijau Indonesia, Bathara Surya Surbakti, juga menjelaskan bahwa program Green Belt Project akan berlangsung dari tanggal 5 Juni 2021 sampai dengan bulan April 2022 melalui berbagai kegiatan, seperti: penanaman berbagai jenis pohon, penuangan Eco Enzyme ke sungai, penyemprotan Eco Enzyme di pemukiman warga, pelepasan bibit ikan dan pelatihan kebencanaan kepada masyarakat di sekitaran sungai. “Kami berharap dapat membangun dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak untuk kesuksesan program Green Belt Project. Tinggalkan Jejakmu di Bumi ” jelas Bathara sebagai prinsip dan moto hidupnya sebagai penggiat lingkungan.
Angga Harahap selaku Corporate Executive NSO CCEP Indonesia, juga menjelaskan tentang komitmen CCEP Indonesia dalam mendukung program Green Belt Project. “Program yang kami bangun bersama Yayasan Budaya Hijau Indonesia merupakan bentuk komitmen kami dalam membangun kesadaran masyarakan akan potensi bencana di kawasan pemukiman di sekitar benteng Sungai Deli. Kami memfokuskan pada dua upaya dalam program ini, yaitu upaya penyelamatan ketika terjadi bencana melalui pelatihan siaga bencana dan upaya meminimalkan dampak bencana melalui penataan hutan bambu atau tanaman pohon lainnya di bantaran Sungai Deli. Program ini diharapakan dapat menciptakan kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan dan mendapat dukungan dari berbagai pihak,” jelas Angga.[abu]
Posting Komentar
Posting Komentar