JAKARTA
| GLOBAL SUMUT-Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI)
mengapresiasi rencana Kementerian Keuangan yang akan mempertimbangkan
untuk merevisi peta jalan penyederhanaan layer tarif cukai hasil
tembakau (CHT) karena banyaknya resistensi para pelaku industri
tembakau.
"Bila kebijakan ini benar GAPPRI
tentu menyambut baik. Dan, berharap Kemenkeu konsisten selanjutnya
tidak lagi mempersempit layer tarif CHT," kata Ketua GAPPRI, Ismanu
Soemiran dalam Siaran Pers di Jakarta, Selasa (09/10).
Sebelumnya,
pada rapat dengar pendapat Pansus RUU Pertembakauan dengan Kemenkeu di
DPR RI beberapa waktu lalu, Plt. Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai
Direktorat Bea Cukai Kemenkeu, Noegroho Wahyu Widodo, mengatakan,
Kemenkeu tidak akan memaksakan penyederhanaan layer yang bila merujuk ke
PMK 146/2017, pada 2021 hanya 5 layer.
"Artinya,
pemerintah akan melihat perkembangan baik dari sisi industri maupun
aspek lainnya, apabila memang tak bisa dilakukan, pemerintah bisa
mengubah ketentuan yang berlaku," kata Noegroho.
Menurut Ismanu, industri kretek nasional itu potret ekonomi Pancasila.
Bayangkan
kretek itu, ada golongan kecil, menengah dan besar, berjumlah 600
pabrik, mayoritas bahan bakunya lokal, produknya aneka jenis (ini bentuk
kebhinekaan) berbeda dengan internasional cigaret jenisnya hanya satu,
bila leyer disempitkan sama dengan memutus urat nadi sendiri, income 200
T Rp/tahun cukai+pajak², saat ini 95% dari kretek.
Dalam
konteks terbitnya PMK 146 Tahun 2017, GAPPRI akan mengawal terbitnya
revisi PMK 146 ini. Meski demikian, kedepan GAPPRI tetap waspada
terhadap adanya segala upaya atau siasat melalui FGD, diskhusus dlsbnya
yang mencoba mendorong _single tarif_ .
"Mudah-mudahan
revisi ini jalan yang ideal yang dapat ditempuh, memang bukan yang
terbaik. Mengambil jalan tengah adalah bijaksana, walau belum bisa
menyenangkan semua pihak," harap Ismanu.
Di
lain sisi, pelaku industri hasil tembakau masih cemas menunggu
kepastian format dan struktur kenaikan tarif dan harga jual eceran
(HJE).
"Pasalnya, kondisi pasar sekarang ini tidak sesuai yang diharapkan, alias sangat sepi," pungkas Ismanu.
[Siaran Pers GAPPRI]
Posting Komentar
Posting Komentar