JAKARTA
| GLOBAL SUMUT-Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka,
Adhyaksa Dault memimpin upacara dan ziarah di Taman Makam Pahlawan (TMP)
Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (5/8/2018). Dalam kegiatan ini,
Adhyaksa mengingatkan dua musuh bangsa Indonesia, yaitu komunisme dan
kemelaratan (kemiskinan).
Ziarah itu diikuti sekitar 500 anggota Gerakan Pramuka. Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Hari Pramuka ke-57 yang jatuh pada tanggal 14 Agustus 2018 mendatang.
Ziarah itu diikuti sekitar 500 anggota Gerakan Pramuka. Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Hari Pramuka ke-57 yang jatuh pada tanggal 14 Agustus 2018 mendatang.
Adhyaksa
meletakkan karangan bunga sebagai simbol penghormatan kepada para
pahlawan yang telah gugur membela bangsa Indonesia. Lalu, pria berkumis
ini bersama rombongan berdoa dan melakukan tabur bunga ke sejumlah makam
pahlawan. Di antaranya, Letnan Jenderal TNI M. Sarbini Martodiharjo
(Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka 1974–1978), Hasri Ainun Besari (istri BJ.
Habibie), Jenderal TNI Ahmad Yani (Pahlawan Revolusi).
Saat
tiba di makam Jenderal TNI Ahmad Yani, Adhyaksa menceritakan sosok dan
jasa-jasanya. Ia juga menceritakan kepada Pramuka mengenai kekejaman
komunis (PKI). Pahlawan revolusi ini salah satu yang menjadi korban
peristiwa G30S/PKI.
“Musuh bangsa
Indonesia yang pertama adalah komunis, musuh yang kedua adalah
kemelaratan (kemiskinan). Bangsa ini tidak boleh melarat. Adik-adik
sekalian ingat-ingat itu ya,” ungkap Ketua Umum DPP KNPI periode
1999-2002 ini.
Menurut Adhyaksa, komunis
(PKI) pernah melakukan pemberontakan di Indonesia, tetapi berhasil
digagalkan. Mereka telah mengorbankan para pahlawan. Mereka telah
membantai dan membunuh tujuh jenderal TNI.
“Ini
para pahlawan diiris-iris. Ini Jenderal Ahmad Yani, ditembak di depan
rumahnya, kemudian dia diseret. Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini
diseret, ditarik, dimasukkan di truk, ditembak. Letjen Suprapto, Mayjen
D.I. Pandjaitan, ditembak habis di depan anak-anaknya. Habis ditembak,
dimasukkan di dalam sumur, dipotong-potong,” cerita dia.
“Sadisss,”
begitu celetuk Amar, salah satu Pramuka yang ikut ziarah. Adhyaksa
meminta Pramuka untuk mengingat jasa-jasa para pahlawan. Ia juga meminta
agar mereka tidak melupakan sejarah.
“Orang
yang lahir ke dunia ini, jika kita tidak mau melihat masa lalu, maka
dia akan menjadi bayi seumur hidup. Kalau mereka (para pahlawan) tidak
mengorbankan dirinya, kalian tidak akan bisa memakai baju Pramuka
seperti sekarang ini, kalian tidak bisa hidup seperti ini. Ini harus
diingat betul ya. Komunis itu menjelma di mana-mana,” ujar Menpora
2004-2009 ini.
Menurut pria
yang hobi mendaki gunung ini, Gerakan Pramuka adalah kawah
candradimukanya generasi muda. Gerakan Pramuka bertekad menjaga NKRI
melalui Gerakan Pramuka dan menciptakan kader-kader bangsa.
“Salah
satu syarat untuk menjadi negara maju adalah mempunyai warga negara
yang berkualitas. Bagaimana mempunyai negara yang berkualitas? Yaitu
harus diciptakan kader-kader bangsa yang tahu akan sejarahnya. Dan itu
selalu diajarkan dalam Gerakan Pramuka. Kami meminta seluruh elemen
masyarakat, terutama pemerintah, mari kita sama-sama saling bahu-membahu
mendidik generasi muda kita, menyelamatkan Indonesia untuk masa-masa
yang akan datang,” katanya.
Dalam
kesempatan itu juga, Adhyaksa Dault mengajak anggota Gerakan Pramuka
untuk menyukseskan perhelatan Asian Games yang akan dibuka pada 18
Agustus 2018 mendatang. “Kita sukseskan bersama-sama seluruhnya,” ajak
dia.
“Juga ada perhelatan besar, Pilpres.
Kita Pramuka harus netral. Jadi, jangan sampai adik-adik kita, Pramuka
terprovokasi oleh orang-orang yang tidak menghendaki persatuan dan
kesatuan bangsa ini,” tutup Adhyaksa.[red]
Posting Komentar
Posting Komentar