Sedangkan
rata-rata volume transaksi harian saham pekan ini berubah 32,74%
menjadi 7,81 miliar unit saham dari 11,61 miliar unit saham sepekan
sebelumnya.
Rata-rata
frekuensi transaksi harian saham juga mengalami perubahan 0,33% menjadi
452,95 ribu kali transaksi dari 454,45 ribu kali transaksi sepekan.
Sementara, kapitalisasi pasar BEI juga berubah 2,71% ke posisi
Rp6.535,21 triliun dari Rp6.716,99 triliun sepekan sebelumnya.
Kondisi
bursa yang masih landai, disertai dengan momen pemilihan kepala daerah
(Pilkada), seringkali membuat para investor khawatir, pasar akan
memerah.
Nah,
agar investor tetap meraih cuan selama proses politik dan usai liburan,
PT Reliance Sekuritas Indonesia (RELI) Tbk, memberi sejumlah catatan.
Associate
Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia (RELI), Lanjar Nafi
menjelaskan, selain terus mencermati kondisi dalam negeri, investor juga
diminta untuk memantau kondisi ekonomi global.
Antara
lain, perkembangan prospek suku bunga Amerika Serikat (AS), perseteruan
AS dan China pada isu perdagangan dan Pertemuan OPEC dalam rencana
pelepasan produksi minyak.
Di
sisi lain, keinginan Arab Saudi untuk menjadikan Aramco sebagai
perusahaan publik terbesar dunia, beringsut setapak ke depan. Masuknya
saham saham Arab Saudi ke dalam indeks MSCI Emerging Market,
menyambungkan koneksi antara pasar keuangan Arab - yang selama ini
nyaris tertutup - dengan pasar keuangan global.
Namun
sukses IPO Aramco tergantung pada trend harga minyak. Arab saudi
sangat berkepentingan agar harga minyak tetap tinggi dan tidak jatuh di
bawah $ 60 per barrel (WTI).
"Karena pada saat agenda penting diatas menjadi faktor utama pergerakan bursa saham di Global IHSG ditutup libur panjang.
Sehingga
sentimen diatas layak menjadi perhatian pasca libur. Karena akan
menyesuaikan dengan kondisi atau pesimisnya akan terjadi aksi jual
investor asing mengingat resiko yang mulai timbul lebih besar pada
negara emerging market," ucap Lanjar, dalam Keterangan Pers, Rabu
(27/6).
Nah,
karena sentimen utama penggerak bursa masih berasal dari level global,
di sisi lain investor juga cenderung memilih wait and see, dan sentimen
positif dalam negeri masih minim, ia menyarankan agar investor mulai
kembali perhatikan saham-saham yang dimiliki dan trading jangka pendek
dengan disiplin Stop-loss dan profit taking.
"Mengurangi
mengambil langkah average down, namun cermati langkah beli pada saat
saham mulai kembali pada trend positif meskipun jangka pendek," ujar
Lanjar.
Ia
memprediksi, momen Pilkada serentak pada pekan ini, relatif tidak akan
memberi pengaruh besar pada pergerakan IHSG. Sentimen di level global,
seperti disebutkan di atas, menurut Lanjar justru lebih berpengaruh
karena akan berdampak langsung terhadap kondisi rupiah.
"Untuk
Pilkada tidak begitu berpengaruh, karena sentimen yang ada di global
justru cenderung mengkhawatirkan karena mengancam stabilitas nilai tukar
rupiah dan capital out flow investor asing," tegasnya.
Ketika
ditanya apakah saat momen politik, di mana seringkali ada sejumlah
saham naik turun, merupakan momen pas untuk beli, menurut Lanjar tidak
bisa dijadikan patokan. Kata dia, momen-momen politik tidak dijadikan
acuan dalam mengoleksi saham atau aset berisiko lainnya.
Kata
Lanjar, investor atau calon investor, sangat disarankan mulai membeli
saham atau aset beresiko lain dengan merujuk pada pemahaman segi bisnis
perusahaannya, kondisi perkembangan industri dan ekonomi hingga
pergerakan harga sahamnya.
Nah,
dalam kondisi pasar seperti saat ini, dimana ada sentimen global yang
diwanti-wanti, dan momen politik di dalam negeri, ia menyarankan agar
mencermati saham-saham konsumer, perbankkan dan properti konstruksi yang
sudah terkoreksi cukup dalam, sambil mencermati adanya potensi teknikal
rebound jangka pendek.
Terakhir,
investor juga diminta tak terlalu khawatir dengan momen Pilkada.
Cermati, berbagai kebijakan anyar yang rencananya akan dikeluarkan
pemerintah, seperti rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia
alias BI Rate menyusul naiknya suku bunga AS dan tertekannya kembali
nilai tukar rupiah terhadap USD.
Jangan
lupa, kata Lanjar, cermati juga kebijakan administrasi AS dalam
pengenaan tarif perdagangan antara China, dan isu pada tarif mobil
Eropa.
Kemudian,
kebijakan atau hasil pertemuan OPEC dalam membahas produksi minyak guna
menstabilkan harga minyak yang mulai naik signifikan dari level
terendah di awal tahun.
"Semua kebijakan di level global, justru sangat penting dicermati para investor, agar selalu meraih cuan," tegasnya.
Direktur
Utama RELI, Anita menambahkan, jika seorang investor memiliki tujuan
investasi dalam jangka panjang, seperti menyiapkan dana pendidikan anak,
atau juga menyiapkan kebutuhan dana pensiun, maka pilihan investasi
yang paling tepat seharusnya instrumen yang memiliki potensi return
tinggi dalam jangka panjang, dalam hal ini saham.
"Misal,
jika seorang investor memiliki tujuan investasi untuk memenuhi dana
pendidikan anak di masa depan, maka pilihan investasi harus saham.
Begitu juga misal untuk kebutuhan dana pensiun, instrumen saham juga
yang paling pas," ucap Anita.
Namun
demikian, dalam setiap investasi, dia mengingatkan pasti ada faktor
risiko. Hal ini juga tetap harus diperhatikan dengan seksama, dan yang
pasti dalam investasi jangka panjang investor harus rutin dan
menyisihkan dana secara berkala namun berkelanjutan agar target dan
tujuan investasi bisa tercapai.
Kalaupun
terjadi penurunan dalam hal nilai investasi saham, menurut Anita, hal
itu sangat wajar. Namun, dalam jangka panjang, di atas 10 tahun,
pergerakan IHSG selalu positif dan mampu memberi imbal hasil optimal.
Tentu saja, selalu cermati berbagai hasil riset dan analisa pasar saham,
termasuk yang diberikan oleh RELI.
"Investasi
jangka panjang akan melewati fase-fase yang dapat mengurangi risiko.
Misal, di tahap pengumpulan kekayaan, maka investor harus memilih
instrumen yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, yang tentunya
memiliki risiko tinggi pula."
Dia
melanjutkan, jika sudah mendekati waktu pengambilan dana investasi,
maka strategi diubah lagi dengan cara dipindahkan ke instrumen yang
relatif lebih moderat, dengan harapan dana tersebut tidak tergerus
manakala terjadi gejolak pasar yang datang tiba-tiba.
"Dengan
strategi itu, maka investor bisa menjaga kekayaan yang sudah didapat
selama masa investasi. Bisa saja, setelah investasi saham langsung,
kemudian dialihkan ke reksadana saham. Setelah makin dekat ke masa
pencairan dana, dapat juga ditempatkan ke reksadana pendapatan tetap,
dengan begitu imbal hasil investasi selalu terjaga dari potensi tergerus
gejolak pasar," ujar Anita.[rs]
Posting Komentar
Posting Komentar