JAKARTA
| GLOBALSUMUT-Sebagian kecil kelompok masyarakat menggelar deklarasi
Gerakan #2019GantiPresiden, Minggu (6/5) yang diinisiasi oleh Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). Meski terkesan 'wah', nyatanya di media
sosial, di hari deklrasi tagar tersebut malah melempem tak bergaung.
Data
media sosial mirkoblogging Twitter pada Minggu (6/5), dari enam
trending topik di jagat maya, tagar #2019GantiPresiden justru tak masuk
sama sekali. Enam trending yang dilansir Twiter, pertama
#JagaNKRITolakKhilafah, kedua #AtletBerkuda, ketiga #tetapPancasila,
keempat #KhilafahIdeologiSesat, kelima #BasmiKhilafahJagaNKRI, dan
keenam #AsianGames 20018.
Pengamat media
politik Indonesian Public Institut (IPI) Jerry Massie menjelaskan, apa
yang dilakukan PKS memang biasa dilakukan bagi lawan politik. Hal itu,
katanya, semata bertujuan untuk cari panggung saja.
"Memang
ada yang namanya sensasi politik dalam panggung politik. Ini sengaja
dimainkan oleh kelompok tertentu atau lawan politik untuk melemahkan
lawan politik mereka, tapi itu gagal," kata Jerry, dalam siaran pers,
Selasa (8/5).
Deklarasi dengan
#2019GantiPresiden dilakukan tak bergema, kata dia, yang menjadi alasan
utama karena PKS tidak terlalu diperhitungkan di arena Pilpres 2019
ketimbang Partai Demokrat dan Partai Gerindra. Itu sebabnya, PKS "cari
muka" dengan menggaungkan #2019GantiPresiden.
"Tapi
nyatanya tidak menjadi trending topic lantaran isu politik ini bukan
hal yang luar biasa malahan merugikan PKS sendiri," katanya.
"Ini
jelas menunjukkan bahwa kinerja pemerintah, terkhusus Presiden Jokowi
memang sudah bagus, ditandai dengan tingkat kepercayaan yang terus
meningkat. Bahkan jika dilaksanakan pemilu sekarang pun, Presiden Jokowi
akan menang," katanya.
Memang survei yang muncul dari sejumalah lembaga survei, punya empowerment and influence political atau peran dan pengaruh politik. Tapi, lanjut dia, impact dari tagar ini tidak menjadi viral.
Memang survei yang muncul dari sejumalah lembaga survei, punya empowerment and influence political atau peran dan pengaruh politik. Tapi, lanjut dia, impact dari tagar ini tidak menjadi viral.
"Berbeda
jika dimainkan dengan isu ekonomi dengan fakta dan data berbeda
barangkali. Publik sudah semakin cerdas menilai. Agak sulit kalau hanya
tagar ganti presiden 2019. Pesannya kurang dapat goal and aim atau
sasaran dan tujuan, tak dapat. Ini hanya buang waktu saja," ujar dia.
Apa yang dilakukan PKS ini, ujar dia, bisa dikatakan sebagi curi start.
Terlebih yang dilakukan PKS bisa dikategorikan sebagai imaging and
political campaign.
"Harusnya belum bisa kampanye. Memang pelanggaran tidak ada, tapi tidak ada nilai etis dalam berpolitik ," ujar dia.
Sementara
itu, Ketua Umum Pro Jokowi (Projo), Budi Arie Setiadi, menilai
melempemnya tagar #2019GantiPresiden di hari dekralasi, bisa juga
dikatakan memberi bukti bahwa kepuasan masyarakat terhadap pemerintah
memang benar, seperti yang baru saja dikeluarkan lembaga survei
Indikator, lembaga survei kredibel, yang menyebutkan kinerja pemerintah
positif.
"Politik Di Indonesia masih
dinamis. Yang pasti di era Jokowi menunjukkan adanya perubahan.
Pemerintahan yang bekerja dan hadir melayani rakyat," kata Budi.
Ia
percaya berbagai gaung kampanye di media sosial yang memojokkan Jokowi,
tidak akan berefek banyak, karena pemerintah sudah bekerja dengan
sangat maksimal agar kue ekonomi merata.
"Kita percayakan saja pada kehendak rakyat. Kami percaya dan yakin bahwa Jokowi ada di hati rakyat ," katanya.[rs/red]
Posting Komentar
Posting Komentar