KALIMANTAN UTARA | GLOBAL SUMUT-Ketua Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault mengungkapkan, daerah perbatasan seperti
Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara perlu mendapat
perhatian lebih. Pasalnya, dulu, anak-anak di salah satu pulau terdepan
Indonesia itu lebih hafal lagu kebangsaan Malaysia dibanding lagu
Indonesia Raya. Hal itu diungkapkan Adhyaksa saat memberikan sambutan
pada malam Welcome Party Kemah Bela Negara (KBN) tingkat Nasional di
halaman Kantor Bupati Nunukan, Kamis (3/5) malam.
“Saya
ke sini, ke Sebatik jadi inspektur upacara tahun 2008, tidur di Sebatik
pada saat 17 Agustus. Mudah-mudahan keadaan sudah berubah. Waktu itu
banyak sekali anak-anak yang lebih menghafal lagu Terang Bulan
(Negaraku, lagu kebangsaan Malaysia yang nadanya mirip lagu Terang
Bulan, red) dibanding lagu Indonesia Raya,” ungkap Adhyaksa.
Menyikapi
itu, lanjut Adhyaksa, maka dibelikanlah TV kabel supaya anak-anak
Sebatik terbiasa mendengar lagu Indonesia Raya dan siaran-siaran
televisi Indonesia. Setelah 10 tahun, diharapkan ada perkembangan lebih
baik.
“Dan
mudah-mudahan perkemahan ini ke depan betul-betul menjadi kawah
candradimuka daerah perbatasan kita,” jelas pria murah senyum itu.
Adhyaksa
juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Nunukan dan
Provinsi Kalimantan Utara yang telah bersedia menjadi tuan rumah Kemah
Bela Negara. Ini merupakan Kemah Bela Negara tingkat Nasional pertama
dalam sejarah. Sebelumnya, KBN pernah digelar hanya di tingkat regional,
seperti di Jakarta tahun 2015.
“Mudah-mudaan
suatu saat di Nunukan dibuat even besar, yang membangunkan semangat
daerah terdepan kita. Terima kasih atas sambutan luar biasa, atas nama
adik-adik peserta bela negara,” tandasnya.
Sementara
itu, Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid mengungkapkan, digelarnya Kemah
Bela Negara diharapkan dapat meningkatkan nasionalisme dan rasa cinta
Tanah Air anak-anak bangsa di Nunukan, khususnya yang tinggal di kawasan
perbatasan Malaysia.
“Hal
ini juga sesuai dengan nawacita Pemerintah yang ketiga, yaitu
‘Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan,’” ungkap Asmin.
Asmin
menambahkan, daerah perbatasan seperti Sebatik memiliki beberapa
permasalahan yang harus dihadapi bersama-sama, di antaranya rawan
peredaran barang-barang ilegal dan penyelundupan narkoba dari negara
seberang. Demikian pula dalam hal teknologi dan telekomunikasi.
“Salah
satunya, jaringan seluler di Sebatik masih sering kali kalah kuat
dengan jaringan seluler Malaysia,” tegas Bupati wanita ini.
Gubernur
Kalimanta Utara Irianto Lambrie menambahkan, Kemah Bela Negara sangat
tepat diselenggarakan di Sebatik. Pasalnya, Sebatik berada persis di
daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, sehingga lebih terasa nuansa bela
negaranya.
“Harapannya
bukan hanya slogan mempertebal nasionalisme, tetapi yang terberat
adalah pelaksanaannya. Banyak yang bisa pidato tentang nasionalisme,
tetapi implementasi dan pelaksanaanya itu yang berat,” pungkasnya.
Ketua
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault mengungkapkan, daerah
perbatasan seperti Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara
perlu mendapat perhatian lebih. Pasalnya, dulu, anak-anak di salah satu
pulau terdepan Indonesia itu lebih hafal lagu kebangsaan Malaysia
dibanding lagu Indonesia Raya. Hal itu diungkapkan Adhyaksa saat
memberikan sambutan pada malam Welcome Party Kemah Bela Negara (KBN)
tingkat Nasional di halaman Kantor Bupati Nunukan, Kamis (3/5) malam.
“Saya
ke sini, ke Sebatik jadi inspektur upacara tahun 2008, tidur di Sebatik
pada saat 17 Agustus. Mudah-mudahan keadaan sudah berubah. Waktu itu
banyak sekali anak-anak yang lebih menghafal lagu Terang Bulan
(Negaraku, lagu kebangsaan Malaysia yang nadanya mirip lagu Terang
Bulan, red) dibanding lagu Indonesia Raya,” ungkap Adhyaksa.
Menyikapi
itu, lanjut Adhyaksa, maka dibelikanlah TV kabel supaya anak-anak
Sebatik terbiasa mendengar lagu Indonesia Raya dan siaran-siaran
televisi Indonesia. Setelah 10 tahun, diharapkan ada perkembangan lebih
baik.
“Dan
mudah-mudahan perkemahan ini ke depan betul-betul menjadi kawah
candradimuka daerah perbatasan kita,” jelas pria murah senyum itu.
Adhyaksa
juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Nunukan dan
Provinsi Kalimantan Utara yang telah bersedia menjadi tuan rumah Kemah
Bela Negara. Ini merupakan Kemah Bela Negara tingkat Nasional pertama
dalam sejarah. Sebelumnya, KBN pernah digelar hanya di tingkat regional,
seperti di Jakarta tahun 2015.
“Mudah-mudaan
suatu saat di Nunukan dibuat even besar, yang membangunkan semangat
daerah terdepan kita. Terima kasih atas sambutan luar biasa, atas nama
adik-adik peserta bela negara,” tandasnya.
Sementara
itu, Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid mengungkapkan, digelarnya Kemah
Bela Negara diharapkan dapat meningkatkan nasionalisme dan rasa cinta
Tanah Air anak-anak bangsa di Nunukan, khususnya yang tinggal di kawasan
perbatasan Malaysia.
“Hal
ini juga sesuai dengan nawacita Pemerintah yang ketiga, yaitu
‘Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan,’” ungkap Asmin.
Asmin
menambahkan, daerah perbatasan seperti Sebatik memiliki beberapa
permasalahan yang harus dihadapi bersama-sama, di antaranya rawan
peredaran barang-barang ilegal dan penyelundupan narkoba dari negara
seberang. Demikian pula dalam hal teknologi dan telekomunikasi.
“Salah
satunya, jaringan seluler di Sebatik masih sering kali kalah kuat
dengan jaringan seluler Malaysia,” tegas Bupati wanita ini.
Gubernur
Kalimanta Utara Irianto Lambrie menambahkan, Kemah Bela Negara sangat
tepat diselenggarakan di Sebatik. Pasalnya, Sebatik berada persis di
daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, sehingga lebih terasa nuansa bela
negaranya.
“Harapannya
bukan hanya slogan mempertebal nasionalisme, tetapi yang terberat
adalah pelaksanaannya. Banyak yang bisa pidato tentang nasionalisme,
tetapi implementasi dan pelaksanaanya itu yang berat,” pungkasnya.
[rs/red]
Posting Komentar
Posting Komentar