YOGYAKARTA | GLOBAL SUMUT-Malam ini, 11 April 2018, anggota
Gerakan Pramuka akan mengadakan renungan dan refleksi mengenang Bapak
Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Pagelaran Keraton
Yogyakarta. Pasalnya, besok, tanggal 12 April adalah hari lahir Ketua
Kwarnas Gerakan Pramuka pertama tersebut.
“Tanggal
11 April 2018 malam kita akan berkumpul, merenungkan karya-karya, jasa
dan komitmen Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam memberikan landasan
nilai-nilai kepramukaan, karakter anggota Gerakan Pramuka, serta dalam
menjaga dan mengembangkan Gerakan Pramuka di bumi pertiwi ini,” kata
Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault di Jakarta, Rabu
(11/4/2018).
Adhyaksa
menjelaskan, rencananya tanggal 12 April akan ditetapkan sebagai Hari
Bapak Pramuka Indonesia. Bagi pria berkumis tebal ini, selain Bapak
Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga pantas dianggap
sebagai Bapak Bangsa Indonesia.
"Perjuangannya
diakui sebelum dan setelah kemerdekaan Indonesia, sehingga pantas
beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI," kata
dia.
Di awal
kemerdekaan, Adhyaksa menambahkan, Sultan HB IX menyumbang 6,5 juta
Gulden untuk membiayai kebutuhan pemerintah Indonesia pada masa teramat
sulit. "Yogyakarta sudah tidak punya apa-apa lagi, silahkan lanjutkan
pemerintahan ini di Jakarta, begitu kata Kak Sultan ketika menyerahkan
uang tersebut. Hal ini membuat Soekarno tak sanggup menahan air
matanya," ujarnya.
Menurut
Adhyaksa, banyak kisah keteladanan dari sosok Bapak Pramuka Indonesia
itu yang belum diketahui generasi sekarang. Berdiri dan hidupnya Gerakan
Pramuka di 34 Provinsi hingga sekolah-sekolah di Indonesia, bahkan di
luar negeri hari ini tidak lepas dari perannya.
Sosok
Sultan juga berkontribusi dalam pembentukan Kwartir Daerah di tiap
provinsi. "Hari ini kita bisa menyaksikan di seluruh wilayah NKRI,
ratusan ribu bahkan jutaan Pramuka dengan ikhlas turun ke jalan sebelum
dan sesudah lebaran dengan tujuan melancarkan mudik, membantu
pemerintah, membahagiakan masyarakat," ujarnya.
Tidak
sekadar gerakan, tegas Menpora 2004-2009 ini, Pramuka adalah
relawan-relawan tangguh yang selalu hadir saat hari-hari besar
keagamaan, kebakaran hutan, kecelakaan, dan bencana alam di Indonesia.
Bahkan, dalam lima tahun terakhir Pramuka ikut membantu korban bencana
alam di Indonesia dan masalah kemanusiaan di Myanmar, Suriah, Nepal, dan
Palestina.
Di usia
Gerakan Pramuka yang sudah 56 tahun ini, tambah Adhyaksa, tantangannya
semakin beragam. "Salah satu metode paling efektif dalam pendidikan budi
pekerti adalah dengan menyampaikan fakta-fakta keteladanan, keikhlasan.
Dan fakta-fakta tersebut ada dalam rekam jejak Sultan, Bapak Pramuka
Indonesia, Bapak Bangsa Indonesia. Karena itu, setiap tanggal 12 April,
saya mohon kepada kakak-kakak di daerah untuk mengadakan renungan,”
terangnya.
Sementara
itu, Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta, GKR
Mangkubumi mengatakan, Sultan HB IX adalah sosok low profile yang
mendedikasikan dirinya untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa
Indonesia. Menurutnya, sebagai warga negara Indonesia, masyarakat harus
bangga kepada negaranya.
“Kita
harus bangga menjadi warga negara Indonesia, menjadi manusia Indonesia
yang mempunyai banyak sekali kebudayaannya dan juga tentunya sejauh-jauh
kita sekolah di luar Indonesia, di Barat misalnya, tapi di mana pun
kita berpijak kita harus bangga menjadi orang Timur. Itu yang selalu
saya ingat,” kata cucu Sultan HB IX ini.
“Kita
harus bangga menjadi Pramuka Indonesia, kita harus bangga bahwa Pramuka
menjadikan karakter pemuda-pemudi Indonesia ini menjadi lebih baik.
Kemudian, kami juga percaya bahwa dengan kepemimpinan yang punya latar
belakang Pramuka itu warnanya akan lain, berbeda, dan juga semangatnya
akan berbeda. Tentunya dengan berlandaskan Pramuka membangun Indonesia
menjadi lebih baik,” tutup dia.[red]
Posting Komentar
Posting Komentar