BALI
| GLOBAL SUMUT-Sejak Gunung Agung dinyatakan berstatus awas sekitar
empat bulan lalu, sampai saat ini Satgas Pramuka Peduli Bali masih
bertahan membantu para pengungsi di kamp-kamp yang disediakan
pemerintah. Pramuka selalu siap melayani masyarakat dengan sukarela.
Demikian
dikatakan Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka Urusan Pengabdian
Masyarakat dan Siaga Bencana (Abdimasgana) Eko Sulistio. Saat sejumlah
lembaga kemanusiaan sudah kembali ke tempat asal mereka, Pramuka sampai
saat ini masih bertahan membantu pengungsi.
"Pramuka
tidak pernah kehilangan peran. Sampai saat ini mereka masih bertahan,
poskonya tidak pernah tutup, kita tetap melayani warga di kamp-kamp
pengungsian dengan sukarela," ujar Eko saat dihubungi, Rabu (3/1/2018).
Ada
tiga posko yang didirikan Pramuka Peduli, yaitu Posko Utama Tanah Ampo,
Sutasoma Gianyar, dan Bangli Kintamani. Selain membantu para pengungsi,
di posko Pramuka Peduli juga disediakan dapur air. Pramuka setiap hari
menyediakan makanan dan minuman siap saji.
"Di
dapur air kita sediakan teh, kopi, air mineral, dan makanan siap saji
untuk para pengungsi. Kita swasembada, gotong-royong untuk beli minuman
dan makanan ringan. Ada juga bantuan dari luar," jelasnya.
Dalam
suasana seperti ini, Eko yang ikut bersama mereka merasakan semangat
volunterisme Pramuka begitu terasa. Selama 24 jam, siang dan malam
mereka bekerja secara bergantian untuk membantu sesama tanpa dibayar
alias sukarela.
Bahkan,
Pramuka sampai dipercaya oleh BNPB untuk mengelola Call Center. Mereka
bertugas memberikan informasi kepada masyarakat melalui saluran telepon
yang aktif selama 24 jam. Informasi yang dimaksud berkaitan dengan
aktivitas Gunung Agung dan lain-lain.
“Tugas
Pramuka di sini aktif memberikan informasi kepada masyarakat berkaitan
dengan aktivitas Gunung Agung, lalu data jumlah penyintas (pengungsi),
data ketersediaan logistik dan informasi cuaca, serta bandara udara,”
ujar Komang Ayu Sawitri Widiantari, satu dari 20 Pramuka yang mengemban
tugas tersebut.
Menurutnya,
Call Center ini sangat penting. Sebab, melalui media ini, pihaknya bisa
memberikan informasi yang benar kepada masyarakat berkaitan dengan
aktivitas Gunung Agung. Terlebih, Call Center memegang data resmi dari
BNPB dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Ketua
Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault
mengapresiasi peran Pramuka di Bali. Ia mengatakan, sejak bencana
terjadi, Gerakan Pramuka langsung melakukan koordinasi internal untuk
terjun langsung membantu pengungsi.
Menurut
Adhyaksa, anggota Gerakan Pramuka juga dilatih penanganan kebencanaan.
Karena itu, Pramuka akan selalu hadir dan berkontribusi positif terhadap
bencana yang terjadi.
"Kita
ada pelatihan kebencanaan. Kami punya unit yang namanya Abdimasgana
yang dalam praktiknya di lapangan selalu bekerja sama dengan instansi
terkait," ujar Adhyaksa.
Berdasarkan
informasi terakhir, Gunung Agung masih dinyatakan berbahaya, karena
terus mengeluarkan abu vulkanik, dan aktivitas gempa juga masih
dirasakan oleh warga. Sehingga PVMBG belum mencabut status Gunung Agung
dari level awas. Ribuan warga masih bertahan di kamp-kamp pengungsian.
Meskipun
demikian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan
Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengurangi
jarak wilayah berstatus awas di sekitar Gunung Agung, Karang Asem, Bali.
PVMBG menurunkan batas radius aman untuk beraktifitas menjadi 6
kilometer (km) dari sebelumnya 8 hingga 10 km.[rs]
Posting Komentar
Posting Komentar