MEDAN
| GLOBAL SUMUT-Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi
bersama Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi, Presiden
DMDI Tan Sri HM Ali Rustam, Ketua Menteri Melaka Datuk Seri Utama Idris
Harun, secara resmi membuka Konvensi (Konvensyen) Dunia Melayu Dunia
Islam (DMDI) ke-18 di Ballroom Hotel JW Marriott Medan, Kamis
(14/12/2017) malam.
Peresmian
pembukaan konvensi ditandai pemukulan gong oleh Menpora dan diisi
berbagai pertunjukan seni budaya Melayu. Selain itu, penyerahan berbagai
penghargaan untuk para tokoh yang berandil besar terhadap perkembangan
DMDI.
Pembukaan
Konvensi DMDI turut dihadiri beberapa pejabat di antaranya, Ketua DPRD
Sumut Wagirin Arman, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, Bupati Deli Serdang
Ashari Tambunan, dan Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf, Ketua Panitia/Ketum
BKPRMI Said Aldi Al Idrus.
Konvensi
ini mengangkat tema ‘Transformasi Ekonomi DMDI’ sekaligus meneguhkan
pentingnya silaturahmi dan persatuan antar bangsa, khususnya Melayu dan
umat Islam. Menurut Menpora, konvensi ke-18 yang diadakan di Kota Ulos
memiliki arti penting bagi perkembangan DMDI, mengingat Indonesia
sebagian besar berpenduduk bangsa Melayu. Apalagi di tengah isu yang
sedang menggoncang dunia atas pengakuan Amerika terhadap Yerusalem
sebagai ibukota Israel, amat sangat melukai hati dunia Melayu dan dunia
Islam yang beranggotakan 22 negara di seluruh dunia. “Atas nama
pemerintah, selamat datang di Indonesia, tepatnya di Kota Medan,
Sumatera Utara. Terima kasih kepada DMDI yang telah menunjukkan
solidaritas kepada saudara-saudara kita di Rohingya dan Palestina. Untuk
saudaraku yang kali ini hadir dari Palestina, tetaplah tegar, Palestina
ada di hati kita semua. Presiden Jokowi dan PM Malaysia telah bersuara
lantang dukung kemerdekaan Palestina, Yerusalem bukan ibukota Israel,”
tegas Menpora berapi-api.
Imam
berharap di ibukota Indonesia yakni Jakarta, mempunyai museum Melayu,
agar tradisi luhur budaya Melayu menjadi pelajaran penting bagi generasi
penerus. Dengan adanya museum, nantinya akan dikenal terus bahwa
kebesaran bangsa saat ini dan ke depan merupakan warisan budaya Melayu
Nusantara di masa lampau. “Tidak hanya daerah lain, saatnya dibangun
Museum Melayu di Jakarta. Ketika ke Jakarta apalagi tahun 2018 ada Asian
Games dan Asian Para Games. Seluruh yang berkunjung tidak hanya
menikmati Monas, dapat juga berkunjung ke museum yang bernilai tradisi
luhur dan dapat menjadi pelajaran penting untuk generasi penerus,”
harapnya. Hal senada juga disampaikan Gubsu Tengku Erry Nuradi. Erry
juga mengatakan kearifan tradisonal adat resam budaya Melayu perlu terus
dijaga dan lestarikan sebagai antitesis terhadap fenomena globalisasi.
“Kita tidaklah harus histeris dengan keadaan ini, dimana revolusi
teknolgi komunikasi dan informasi telah mengubah tatanan dunia. Kita
sebagai bangsa Melayu yang berbudaya, beradab dan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama telah memiliki adat resam yang kokoh, adat tersendi
sara, bersendikan kitabullah,” sebut Erry.
Melalui
Konvensi Dunia Melayu Dunia Islam, kita sebagai bangsa Melayu harus
mampu menunjukkan kebesaran adat resam Melayu pada dunia. “Kita harus
mampu menciptakan sekaligus menawarkan produk-produk kuktural yang
berkualitas yang mempu bersaing di pasaran bebas,” tutur Erry.
Dalam
kesempatan itu, Gubsu Erry menawarkan beberapa agenda yang dapat
dijadikan prinsip dasar dalam upaya pembangunan budaya Bangsa Melayu ke
depan. Pertama, kita harus mampu menciptakan generasi muda Melayu yang
handal, berbudaya dan berwawasan keilmuan yang akan dijadikan pondasi
kokoh dalam upaya mewujudkan Melayu Raya yang kuat, berwibawa dan jaya
di masa mendatang.
“Tidak
zamannya lagi kita menyimpan banyak harta seabagai pusaka yang akan
kita berikan kepada anak-anak setelah kita mangkat kelak, karena
kebiasaan itu justeru sering menjadikan sumbu konflik dan perpecahan
antar sesama keluarga. Mari kita berikan ilmu dan budaya bagi bekal
mereka kelak dalam upaya menjaga marwah dirinya, diri kita dan jati diri
puak Melayu,” beber Erry Nuradi. Kedua, lanjutnya, bangsa Melayu harus
mampu menciptakan produk-produk yang bisa disumbangkan sebagai
kontribusi positif bagi bangsa Melayu agar tercipta tata dunia baru yang
lebih beradab. “Bangsa Melayu harus mampu menciptakan sebuah konsep
pembangunan yang bersifat holistik, disemangati nilai-nilai kemanusaian
sehingga sebesar apapun goncangan dan gesekan tidak akan sampai
menjerumuskan kita pada jurang kealfaan dan kehinaan,” ujar Erry.
Yang
terakhir, Gubsu Erry mengatakan perlunya merancang dan merumuskan
kembali sosok budaya Melayu atau revitalisasi budaya Melayu di tengah
kehidupan. Tengku Erry mencontohkan seni bahasa pantun yang menurutnya
perlu dilestarikan.
Gubernur
Sumut ini memang dalam setiap kesempatan selalu menyampaikan pantun
sebagai bentuk upaya pribadinya melestarikan adat Melayu.[ulfah]
Posting Komentar
Posting Komentar