JAKARTA | GLOBAL SUMUT-Krisis produksi garam tidak saja
berdampak kepada masyarakat pengguna dan industri tetapi juga berimbas
kepada para nelayan.
Hal
ini disampaikan anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai NasDem
Hamdhani dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Kementerian
Perdagangan, Kementerian Kelaitan dan Perikanan, dan PT. Garam terkait
kelangkaan dan riset pengelolaan garam.
"Nelayan-nelayan
di dapil kami pada membuang ikan hasil tangkapannya karena tidak ada
ketercukupan garam," kata Hamdhani, Selasa (5/9).
Padahal,
lanjutnya, garam ini sangat berguna bagi nelayan dalam mengawetkan
hasil tangkapan. Dengan cara itu, ikan-ikan yang akan dijual ke pasar
akan selalu segar dan tahan lama.
Hamdhani
berharap kondisi kekurangan produksi garam di Indonesia bisa segera
ditangani. Menurutnya, adalah ironi bagi negara yang memiliki bentangan
pantai dan lautan yang mendominasi luas wilayahnya, namun masih
mengalami kelangkaan garam.
"Kita
sangat prihatin selama enam tahun belakangan ini produksi garam di
Indonesia mengalami penurunan dan tidak jarang diberitakan mengalami
kelangkaan di beberapa daerah," tutur Legislator dapil Kalimantan Tengah
tersebut.
Apalagi,
sambungnya, produksi garam yang dihasilkan masih jauh dari target. PT.
Garam hingga Agustus 2017 baru bisa menghasilkan 37 ribu ton dari
225.000 ton yang diproyeksikan hingga akhir Desember 2017.
Melihat
kondisi tersebut, Hamdhani berpandangan, pemerintah dan pihak-pihak
terkait harus segera melakukan formulasi riset pengelolaan garam serta
memaksimalkan daerah produksi dan kelompok penambak garam.
"Sudah
banyak negara yang menggunakan teknologi untuk mengelola garam ini.
Paling terpenting, kita juga harus memaksimalkan daerah potensi
termasuk di dalamnya memberdayakan kelompok penambak garam. Karena saya
kira banyak spot titik-titik daerah yang bisa dimaksimalkan,"
pungkasnya.[red]
Posting Komentar
Posting Komentar