MEDAN
| GLOBAL SUMUT-Safari Ramadhan sekaligus silaturahmi Panglima TNI
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bersama prajurit, PNS dan keluarga, Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD), ulama, tokoh masyarakat di Lapangan
Benteng Medan, Sabtu (17/06/2017), dihadiri ribuan masyarakat.
Selain
itu, hadir Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi, Kapolda
Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin,
tokoh masyarakat Abdillah, Syamsul Arifin, para ulama, para cendikiawan
dan undangan. Panglima TNI didampingi Pangkostrad Letjen TNI Edy
Rahmayadi dan Pangdam I/BB Mayjen TNI Cucu Sumantri.
Dalam
sambutannya, Jenderal Gatot Nurmantyo menyanjung masyarakat Sumut
sebagai masyarakat intelektual. “Saya hadir di Medan, karena rindu
dengan bapak-ibu sekalian, khususnya dengan prajurit saya. Kepada
seluruh masyarakat Sumut yang pada pelaksanaan Pilkada serentak kemarin
tenang, tentram, menunjukkan masyarakat Sumut adalah masyarakat
intelektual, memahami cara berdemokrasi yang sebenarnya,” sebut Gatot.
Kemudian
Gatot melanjutkan, TNI harus terus bersama rakyat. Tingginya
kepercayaan masyarakat kepada lembaga TNI bukanlah sesuatu yang luar
biasa. Adalah kewajiban TNI untuk bersama rakyat.
“Sebelum
kita merdeka, bangsa ini berjuang dari Aceh ada Teuku Umar, Cut Nyak
Dien, Sisingamangaraja. Yang berjuang adalah bukan tentara melainkan
rakyat,” ucap Gatot.
Gatot
berkisah, pada dahulu kala di zaman penjajahan, salah satu elemen
terpenting dalam perjuangan melawan penjajah adalah ulama. Ia
mengisahkan, bahwa Boedi Utomo, misalnya, organisasi modern awal-awal
juga berdiri karena ulama.
Ulama
lah yang kerap muncul memimpin perlawanan terhadap penjajah. Ulama juga
memainkan peran sebagai pemersatu. “Ulama lah yang meyakinkan
santri-santri untuk terus berjuang. Setelah kemerdekaan berhasil
direbut, para ulama kembali. Ada yang bertahan dan membentuk Badan
Keamanan Rakyat,” sebut Gatot.
Badan
Keamanan Rakyat kemudian menjadi cikal bakal TNI. Contoh lain adalah
peristiwa 10 November, dimana pecah perlawanan rakyat Surabaya pada
tentara sekutu NICA yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan juga
dipimpin oleh ulama yakni KH Wahab dan KH Hasyim As’hari.
“Karenanya
kalau ada yang berpakaian seperti ulama lalu memecah belah kita, perlu
kita curigai sebagai ulama dari luar yang ingin memecah belah kita,”
tandas Gatot.
Tausyiah
Ramadhan disampaikan Prof Syahrin Harahap. Setelah berbuka puasa bersama
dilanjutkan dengan shalat magrib berjamaah. Acara ditandai dengan
pemberian tali asih kepada anak yatim. Silaturahmi berlanjut hingga
shalat isya dan taraweh.[Ulfah]
Posting Komentar
Posting Komentar