JAKARTA | GLOBAL SUMUT-Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga
Periode 2004-2009, Adhyaksa Dault menuliskan penjelasan terkait video
Hizbut Tahrir Indonesia di laman facebooknya. Menurutnya, Pancasila
adalah kesepakatan pendiri Republik Indonesia. NKRI selamanya, NKRI
harga mati,Senin (01/05/2017).
Berikut penjelasan Adhyaksa Dault:
Assalamualaikum
Wr.Wb. Saya mau menjelaskan video saya yang direkam oleh aktivis Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI), saat acara HTI tahun 2013. Seperti banyak acara
organisasi lain yang saya hadiri, saya dan beberapa tokoh hadir di
acara HTI itu sebagai undangan. Saya bukan simpatisan HTI, apalagi
anggota HTI.
Beberapa hari ini, video yang diambil empat tahun lalu itu, kembali disebarluaskan oleh beberapa akun di media sosial.
Karena
video itu, saya difitnah anti Pancasila dan anti NKRI. Bagaimana
mungkin saya dituduh anti Pancasila?. Saya ikut pengkaderan dari bawah,
sejak kuliah saya mengikuti P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila), Tarpadnas (Penataran Kewaspadaan Nasional), Suspadnas
(Kursus Kewaspadaan Nasional). Saya mengikuti Bela Negara dan sebagai
kader Bela Negara, dan banyak lagi, sampai saya jadi Ketua Umum KNPI,
kemudian jadi Menpora, kemudian sekarang menjadi Ketua Kwarnas Gerakan
Pramuka.
Sampai detik
ini, di manapun dan setiap ke daerah, saya selalu menyampaikan pada
generasi muda agar mempertahankan dan merawat Pancasila, UUD 45, NKRI
dan Bhinneka Tunggal Ika. Tahun 2016 kemarin, saya menggagas lomba foto
#PramukaPancasila agar generasi muda menghayati dan mengamalkan
Pancasila. Boleh teman-teman telusuri di internet.
Mengenai
khilafah islamiyah itu memang ada hadistnya, tapi khilafah yang saya
maksud adalah khilafah islamiyyah yang rosyidah, bukan khilafah yang
berarti meniadakan negara, bukan khilafah versi Hizbut Tahrir, apalagi
ISIS dan sebagainya. Terkait video itu, harus dilihat juga tempat dan
waktu saya berbicara, itu video empat tahun lalu. Sekarang tahun 2017,
artinya video tersebut tidak relevan.
Sekarang
ini tidak ada persatuan Islam, hari raya saja bisa berbeda, kalau ada
khalifah, maka perbedaan-perbedaan dalam ibadah-ibadah tersebut bisa
ditiadakan. Sekali lagi, ini bukan khilafah yang meniadakan negara. Jadi
Pancasila, UUD 45, NKRI Bhinneka Tunggal Ika harus kita pertahankan dan
kita rawat untuk generasi selanjutnya. Pancasila sudah menjadi
kesepakatan pendiri Republik Indonesia. NKRI harga mati.
Kembali
ke Pancasila dan NKRI. Saya masih ingat, saat awal reformasi lagi
ramai-ramainya orang teriak negara federasi, negara serikat dan
sebagainya. Saya sebagai Ketua Umum KNPI ketika itu langsung mengadakan
kebulatan tekad NKRI harga mati. Saya daulat tokoh-tokoh nasional ketika
itu seperti Pak SBY, Pak Amien Rais, Pak Wiranto, Pak AM Fatwa dan
tokoh-tokoh lainnya untuk mendatatangani komitmen NKRI. Sekarang
komitmen dan tandatangan beliau-beliau semua itu masih terpatri di
dinding kantor DPP KNPI, Jalan Rasuna Said, Jakarta.[rs]
Posting Komentar
Posting Komentar