MEDAN | GLOBAL SUMUT- Alumni Youth Leadership for Climate Change Camp
(YLCCC) 2017 mengadakan mini workshop sebagai upaya komitmen mereka
dalam memperkenalkan perubahan iklim kepada masyarakat. YLCCC
diselenggarakan oleh UNESCO office Jakarta, UN CC:Learn, The Climate
Reality Indonesia, dan Youth for Climate Change Indonesia (YFCC
Indonesia) dimana menaungi pemuda untuk bergerak di bidang perubahan
iklim sebagai upaya peningkatan kesadaran terhadap bahaya perubahan
iklim.
Kelima delegasi tersebut diantaranya, Saras, Rani, Atika, Hotden dan Ibnu merupakan perwakilan dari Medan ini, atau dikenal dengan kelompok “Climate Rangers”, melakukan mini workshop tentang penggunaan bambu sebagai alternatif pengganti kayu.
Penebangan hutan terus menerus dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang besar terhadap perubahan iklim yang bahkan menggangu keberlangsungan kehidupan. Bambu dipilih sebagai pengganti kayu mengingat keunggulan-keunggulan yang dimilikinya seperti tumbuhan yang memiliki pertumbuhan tercepat, ramah lingkungan, mudah tumbuh dimana saja, harga yang relatif murah, tahan gempa dan memiliki nilai estetika yang tinggi jika dijadikan bangunan, rumah maupun furniture. Atas dasar ini, Climate Rangers memilih penggalakkan penggunaan bambu sebagai mitigasi dan perlu diketahui oleh masyarakat banyak.
Acara tersebut diikuti oleh 27 orang anak-anak sekolah Dasar dan Menengah pertama di kawasan, Pancing.
“Anak-anak menjadi target kegiatan kami karena anak-anak inilah yang merupakan stakeholder di masa depan. Alangkah baiknya jika mereka sudah mengenal perubahan iklim. Semakin dini, maka semakin baik. Tentu saja cara pengenalan yang kami lakukan akan sesederhana mungkin sehingga mereka tidak sulit memahami apa yang ingin kami sampaikan. Setidaknya menerapkan kebiasaan-kebiasan sederhana seperti mematikan lampu, TV ketika tidak digunakan, menggunakan angkot ataupun tidak membuang sampah sembarangan” Ujar Saras selaku koordinator tim Climate Rangers saat dikonfirmasi
“Acaranya menarik ka. Kami belajar banyak hal. Bahkan kami bisa menanam bambu dan itu hal yang baru pertama kali saya lakukan. Saya senang bisa mengikuti acara ini." Kata Grabiel sebagai peserta.
Dalam simulasi tersebut Anak-anak diminta untuk mengamati perkembangan bambu tiap minggunya hingga awal bulan Mei. Oleh karena itu, Climate Rangers akan mengadakan kembali mini workshop yang kedua pada awal bulan Mei mendatang.
“Mini workshop yang kedua ini lebih kepada output setelah penanaman Bambu. Nantinya kami akan membimbing adik-adik untuk melakukan DIY project dari bambu yang mereka tanam. Apa yang bisa mereka kreasikan dari bambu-bambu tersebut. Diharapkan adik-adik nantinya dapat terinspirasi dalam pemanfaatan bambu” Ujar Atika, salah satu anggota Climate Rangers yang akan mempresentasikan kreasi bambu kepada peserta.[Riana Rambe]
Kelima delegasi tersebut diantaranya, Saras, Rani, Atika, Hotden dan Ibnu merupakan perwakilan dari Medan ini, atau dikenal dengan kelompok “Climate Rangers”, melakukan mini workshop tentang penggunaan bambu sebagai alternatif pengganti kayu.
Penebangan hutan terus menerus dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang besar terhadap perubahan iklim yang bahkan menggangu keberlangsungan kehidupan. Bambu dipilih sebagai pengganti kayu mengingat keunggulan-keunggulan yang dimilikinya seperti tumbuhan yang memiliki pertumbuhan tercepat, ramah lingkungan, mudah tumbuh dimana saja, harga yang relatif murah, tahan gempa dan memiliki nilai estetika yang tinggi jika dijadikan bangunan, rumah maupun furniture. Atas dasar ini, Climate Rangers memilih penggalakkan penggunaan bambu sebagai mitigasi dan perlu diketahui oleh masyarakat banyak.
Acara tersebut diikuti oleh 27 orang anak-anak sekolah Dasar dan Menengah pertama di kawasan, Pancing.
“Anak-anak menjadi target kegiatan kami karena anak-anak inilah yang merupakan stakeholder di masa depan. Alangkah baiknya jika mereka sudah mengenal perubahan iklim. Semakin dini, maka semakin baik. Tentu saja cara pengenalan yang kami lakukan akan sesederhana mungkin sehingga mereka tidak sulit memahami apa yang ingin kami sampaikan. Setidaknya menerapkan kebiasaan-kebiasan sederhana seperti mematikan lampu, TV ketika tidak digunakan, menggunakan angkot ataupun tidak membuang sampah sembarangan” Ujar Saras selaku koordinator tim Climate Rangers saat dikonfirmasi
“Acaranya menarik ka. Kami belajar banyak hal. Bahkan kami bisa menanam bambu dan itu hal yang baru pertama kali saya lakukan. Saya senang bisa mengikuti acara ini." Kata Grabiel sebagai peserta.
Dalam simulasi tersebut Anak-anak diminta untuk mengamati perkembangan bambu tiap minggunya hingga awal bulan Mei. Oleh karena itu, Climate Rangers akan mengadakan kembali mini workshop yang kedua pada awal bulan Mei mendatang.
“Mini workshop yang kedua ini lebih kepada output setelah penanaman Bambu. Nantinya kami akan membimbing adik-adik untuk melakukan DIY project dari bambu yang mereka tanam. Apa yang bisa mereka kreasikan dari bambu-bambu tersebut. Diharapkan adik-adik nantinya dapat terinspirasi dalam pemanfaatan bambu” Ujar Atika, salah satu anggota Climate Rangers yang akan mempresentasikan kreasi bambu kepada peserta.[Riana Rambe]
Posting Komentar
Terimakasih Global Sumut sudah membantu kami dalam publikasi perubahan iklim ke masyarakat :)
Posting Komentar