MEDAN | GLOBAL SUMUT-Selama menjabat sebagai Wakil Kapolda Sumut tiga
periode, banyak kisah dan pengalaman dialami Brigjend Pol Adhy Prawoto.
Terbanyak adalah menghadapi bentrok antara masyarakat maupun ormas.
Demikian Adhy Prawoto menuturkan nostalgianya dalam Pisah-Sambut Wakapolda Sumut dari Brigjend Pol Adhy Prawoto kepada Brigjend Pol Agus Andrianto, yang digelar di Hotel Santika Dyandra, Medan, Rabu (1/2) malam.
Meski baru 1 tahun 14 hari mengabdi di Sumut, Brigjen Adhy Prawoto sudah menghadapi rupa-rupa konflik. Bersama Kapolda Sumut sebelumnya Irjen Pol (Purn) Ngadino, beliau langsung berhadapan dengan bentrok antara dua ormas besar di Sumut. Bentrok yang berlangsung selama 4 hari. “Bentrok antara PP sama IPK. Kapoldasu saat itu di Jakarta. Sore hari, saya pas mau main bola. Tiba-tiba saya ditelepon Kapolri Badrodin Haiti untuk mengamankan situasi itu.
Brigjen Adhy Prawoto segera mengatur langkah. Beliau memberanikan diri masuk ke markas kedua ormas tersebut. “Saya minta ke mereka, tunjukkan siapa-siapa yang terlibat agar melapor ke kantor. Akhirnya diungkap pelaku penyerangan dan pengrusakan dari kedua Ormas PP 32 orang dan IPK 12 orang. Saya proses semua. Semuanya sudah terlaksana dengan aman dan kondusif,” beber Adhy.
Sukses menuntaskan bentrok antar ormas, Brigjen Adhy kembali diperhadapkan dengan bentrok di Nias Selatan. Dua desa terlibat adu kuat. “Saya langsung terbang naik helikopter capung dari Medan. Jam 8 pagi berangkat. Jam 10 tiba di sana. Langsung kami ketemu masyarakat di sana. Kami damaikan. Jam 2 sore selesai. Di tengah jalan mau pulang hujan deras. Kami dihadang hujan. Namun kami bisa lewati,” kisahnya lagi.
Lain padang lain belalang. Lain Kapolda lain pula pengalaman mendampinginya. Di masa kepemimpinan Kapolda Irjen Pol (Purn) Budi Winarso, Brigjen Adhy Prawoto diperintahkan selama 3 bulan memindahkan Sekolah Polisi Negara (SPN) Sampali ke Hinai di Kabupaten Langkat. “Saya pun bolak-balik naik helikopter ke sana untuk mengeceknya,” kenang Brigjen Adhy.
Di SPN Hinai Langkat, kini tercatat 362 orang sedang dididik. Meski kuota dari Nias juga masih kecil. “Saya juga mohon kuota untuk warga keturunan India Tamil juga supaya diberikan,” pintanya.
Selain mengecek pembangunan infrastruktur SPN Hinai, Brigjen Adhy juga kembali harus bekerja keras mendamaikan kelompok masyarakat pengungsi Sinabung yang bentrok terkait Relokasi Mandiri.
Bak bola panas, konflik seperti tak ada habisnya. Kasus intoleransi di di Tanjung Balai pun meletup. Pemicunya media sosial. “Kita harus hati-hati dengan berita yang berkembang di medsos,” tutur Brigjen Adhy.
Dari Tanjung Balai, kasus intoleransi juga sempat mencuat di Deli Serdang terkait pesatnya pertumbuhan rumah makan BPK. Menyusul konflik di Tapanuli Selatan dan Madina. Hampir terjadi penyerangan antara masyarakat juga gara-gara tak bijak memakai medsos.
Dan kenangan paling indah kata Adhy, justru pengenalannya terhadap Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel. “Beliau seorang pemimpin yang cerdas. Pintar. Ia bintangnya di alumni 88. Beliau menuntaskan konflik-konflik di masa lalu. Saya mempelajari bagaimana beliau menuntaskan persoalan dengan sangat baik. Ia meneladankan selalu berpikir kritis. Pencegahan. Belajar dari pengalaman. Dan punya contoh yang kuat,” begitu Brigjen Adhy memberi penilaiannya.
Adhy juga bercerita singkat tentang nostalgianya dengan Gubernur Sumut H T Erry Nuradi saat naik helikopter kecil ke Labuhan Batu Utara. Mereka harus berbagi tempat duduk meski sempit-sempitan.
“Semua ini adalah pengalaman terindah bagi hidup saya. Ini menjadi bekal bagi saya untuk jabatan berikutnya. Tugas baru saya ini adalah reformasi birokrasi di Polri,” pungkasnya.
Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel dalam sambutannya memuji kiprah dan loyalitas serta pengabdian Adhy Prawoto. Di kesempatan itu pula ia menitipkan pesan kepada Waka Polda baru Brigjend Pol Agus Andrianto. Ia berharap Agus memberikan kiprah terbaiknya untuk masyarakat Sumut. “Mas Agus selamat bergabung di Sumut. Kita berharap kehadiran Mas Agus, tingkat kepuasan publik makin meningkat,” harapnya.
Dalam kesempatan itu, Kapolda juga menyempatkan diri memberi memperkenalkan terkait program terbaru Polri yakni E-Policing, sebuah pelayanan kepolisian berbasis digital. Program ini akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Program E-Policing didesain untuk memberikan pelayanan informasi dan pengaduan kepolisian secara online. Cepat, akurat, murah dan satu tangan.
Sementara Agus Andrianto juga dalam kata sambutannya lebih banyak bersyukur karena sepanjang karirnya ia dikelilingi orang-orang hebat. Karena itu ia senang menjadi wakil mendampingi Kapoldasu Rycko. Ia berharap kelak Kapoldasu Rycko juga bisa sukses meraih karir tertinggi di Polri.
Gubernur T Erry Nuradi berterima kasih atas pelayanan dan pengabdian Adhy Prawoto selama ini di Sumut. Kepada Wakapolda baru ia juga menitipkan pesan agar selalu bahu membahu menjaga kerukunan dna keutuhan Sumut provinsi yang majemuk. “Semoga sukses mengemban tugas baru Pak,” doa Erry kepada Adhy Prawoto yang kini menjabat sebagai Kepala Biro Reformasi Polri.[rs/red/gbs/Mdn]
Demikian Adhy Prawoto menuturkan nostalgianya dalam Pisah-Sambut Wakapolda Sumut dari Brigjend Pol Adhy Prawoto kepada Brigjend Pol Agus Andrianto, yang digelar di Hotel Santika Dyandra, Medan, Rabu (1/2) malam.
Meski baru 1 tahun 14 hari mengabdi di Sumut, Brigjen Adhy Prawoto sudah menghadapi rupa-rupa konflik. Bersama Kapolda Sumut sebelumnya Irjen Pol (Purn) Ngadino, beliau langsung berhadapan dengan bentrok antara dua ormas besar di Sumut. Bentrok yang berlangsung selama 4 hari. “Bentrok antara PP sama IPK. Kapoldasu saat itu di Jakarta. Sore hari, saya pas mau main bola. Tiba-tiba saya ditelepon Kapolri Badrodin Haiti untuk mengamankan situasi itu.
Brigjen Adhy Prawoto segera mengatur langkah. Beliau memberanikan diri masuk ke markas kedua ormas tersebut. “Saya minta ke mereka, tunjukkan siapa-siapa yang terlibat agar melapor ke kantor. Akhirnya diungkap pelaku penyerangan dan pengrusakan dari kedua Ormas PP 32 orang dan IPK 12 orang. Saya proses semua. Semuanya sudah terlaksana dengan aman dan kondusif,” beber Adhy.
Sukses menuntaskan bentrok antar ormas, Brigjen Adhy kembali diperhadapkan dengan bentrok di Nias Selatan. Dua desa terlibat adu kuat. “Saya langsung terbang naik helikopter capung dari Medan. Jam 8 pagi berangkat. Jam 10 tiba di sana. Langsung kami ketemu masyarakat di sana. Kami damaikan. Jam 2 sore selesai. Di tengah jalan mau pulang hujan deras. Kami dihadang hujan. Namun kami bisa lewati,” kisahnya lagi.
Lain padang lain belalang. Lain Kapolda lain pula pengalaman mendampinginya. Di masa kepemimpinan Kapolda Irjen Pol (Purn) Budi Winarso, Brigjen Adhy Prawoto diperintahkan selama 3 bulan memindahkan Sekolah Polisi Negara (SPN) Sampali ke Hinai di Kabupaten Langkat. “Saya pun bolak-balik naik helikopter ke sana untuk mengeceknya,” kenang Brigjen Adhy.
Di SPN Hinai Langkat, kini tercatat 362 orang sedang dididik. Meski kuota dari Nias juga masih kecil. “Saya juga mohon kuota untuk warga keturunan India Tamil juga supaya diberikan,” pintanya.
Selain mengecek pembangunan infrastruktur SPN Hinai, Brigjen Adhy juga kembali harus bekerja keras mendamaikan kelompok masyarakat pengungsi Sinabung yang bentrok terkait Relokasi Mandiri.
Bak bola panas, konflik seperti tak ada habisnya. Kasus intoleransi di di Tanjung Balai pun meletup. Pemicunya media sosial. “Kita harus hati-hati dengan berita yang berkembang di medsos,” tutur Brigjen Adhy.
Dari Tanjung Balai, kasus intoleransi juga sempat mencuat di Deli Serdang terkait pesatnya pertumbuhan rumah makan BPK. Menyusul konflik di Tapanuli Selatan dan Madina. Hampir terjadi penyerangan antara masyarakat juga gara-gara tak bijak memakai medsos.
Dan kenangan paling indah kata Adhy, justru pengenalannya terhadap Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel. “Beliau seorang pemimpin yang cerdas. Pintar. Ia bintangnya di alumni 88. Beliau menuntaskan konflik-konflik di masa lalu. Saya mempelajari bagaimana beliau menuntaskan persoalan dengan sangat baik. Ia meneladankan selalu berpikir kritis. Pencegahan. Belajar dari pengalaman. Dan punya contoh yang kuat,” begitu Brigjen Adhy memberi penilaiannya.
Adhy juga bercerita singkat tentang nostalgianya dengan Gubernur Sumut H T Erry Nuradi saat naik helikopter kecil ke Labuhan Batu Utara. Mereka harus berbagi tempat duduk meski sempit-sempitan.
“Semua ini adalah pengalaman terindah bagi hidup saya. Ini menjadi bekal bagi saya untuk jabatan berikutnya. Tugas baru saya ini adalah reformasi birokrasi di Polri,” pungkasnya.
Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel dalam sambutannya memuji kiprah dan loyalitas serta pengabdian Adhy Prawoto. Di kesempatan itu pula ia menitipkan pesan kepada Waka Polda baru Brigjend Pol Agus Andrianto. Ia berharap Agus memberikan kiprah terbaiknya untuk masyarakat Sumut. “Mas Agus selamat bergabung di Sumut. Kita berharap kehadiran Mas Agus, tingkat kepuasan publik makin meningkat,” harapnya.
Dalam kesempatan itu, Kapolda juga menyempatkan diri memberi memperkenalkan terkait program terbaru Polri yakni E-Policing, sebuah pelayanan kepolisian berbasis digital. Program ini akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Program E-Policing didesain untuk memberikan pelayanan informasi dan pengaduan kepolisian secara online. Cepat, akurat, murah dan satu tangan.
Sementara Agus Andrianto juga dalam kata sambutannya lebih banyak bersyukur karena sepanjang karirnya ia dikelilingi orang-orang hebat. Karena itu ia senang menjadi wakil mendampingi Kapoldasu Rycko. Ia berharap kelak Kapoldasu Rycko juga bisa sukses meraih karir tertinggi di Polri.
Gubernur T Erry Nuradi berterima kasih atas pelayanan dan pengabdian Adhy Prawoto selama ini di Sumut. Kepada Wakapolda baru ia juga menitipkan pesan agar selalu bahu membahu menjaga kerukunan dna keutuhan Sumut provinsi yang majemuk. “Semoga sukses mengemban tugas baru Pak,” doa Erry kepada Adhy Prawoto yang kini menjabat sebagai Kepala Biro Reformasi Polri.[rs/red/gbs/Mdn]
Posting Komentar
Posting Komentar