MEDAN | GLOBAL SUMUT-Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) HT Erry Nuradi
tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya terkait informasi yang
didapatnya dari media massa soal pengalihan Pelabuhan Kuala Tanjung
sebagai pelabuhan pengumpul atau hub internasional ke Pelabuhan
Tanjungpriok.
Selain akan menyampaikan sikap protesnya langsung ke Menteri Perhubungan, Gubsu Erry juga berharap Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyampaikan kepada Menteri Perhubungan RI terkait keberatan Provinsi Sumut atas pengalihan tersebut.
“Kalau membaca media kami sedikit komplain kepada pemerintah pusat khususnya Menhub yang telah menggeser Pelabuhan Kuala Tanjung ke Tanjung periok. Kami mohon Pak Ketua KEIN sampaikan ke Menhub, kami juga akan menyampaikan langsung agar dikembalikan lagi,” ujar Gubsu saat menghadir Seminar dan FGD Industrial pilihan KEIN dalam kerangka Industrialisasi Indonesia 2045 di Aston City Hall Medan, Rabu (25/1/2017).
Turut hadir mewakili Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sekjen Bambang Hendroyono, Rektor USU yang diwakili Wakil Rektor IV Bidang Perencana, Pengembangan dan Sistem Informasi USU Prof Bustami Syam, Ketua Komite Ekononomi Industri Nasional (KEIN) Sutrisno Bachir, Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta, dan pengurus KEIN lainnya seperti Benny Pasaribu, Haris Mukti, Andre Sudibyo, Ipang Wahid dan undangan.
Dikatakan Gubsu, berbagai alasan kenapa Kuala Tanjung tetap harus menjadi hub internasional diantaranya karena berdasarkan studi kelayakan (feasibility) yang ada bahwa pelabuhan Kuala Tanjung berpotensi menjadi pelabuhan terbesar di Indonesia bahkan bisa menampung hingga 21 juta TEUs pertahunnya.
“Pelabuhan Kuala Tanjung sejak peletakan batu pertama dalam 100 hari kerja Presiden Jokowi sudah 500 ribu TEUs dan punya potensi sampai 21 juta bahkan lebih. Ini merupakan potensi yang sangat besar, dan modulnya sudah dibuat Pelindo. Sehingga tinggal dikembangkan saja sesuai dengan kemampuan keuangan baik melalui APBN maupun APBD. Ini bisa menjadi kembanggakan Sumut. Kita akan memohon kepada Menhub agar bisa mengembalikan Kuala Tanjung menjadi Pelabuhan eksport import kembali,” tegasnya.
Dikatakan Gubsu selain memiliki kekayaan dibidang maritim dengan Pantai Timur, Pantai Barat dan Kepulauan Nias, Sumut juga memiliki potensi di sektor Agro dimana Sumut memiliki 3 juta hektar kawasan hutan, 2 juta hektar kawasan perkebunan dimana 1,6 juta hektarnya perkebunan kelapa sawit.
Begitu juga di bidang pariwisata, Sumut juga kaya akan potensi tersebut salah satunya Danau Toba yang masuk dalam kawasan strategis nasional dan akan dikembangkan menjadi kawasan wisata bertaraf internasional. Untuk menunjang hal ini pemerintah pusat telah menerapkan Badan Otoritas Danau Toba yang akan mengelola kawasan 500 hektar untuk dibangun kawasan wisata berstandar internasional.
Sebelumnya, Ketua Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) Sutrisno Bachir mengatakan bahwa kegiatan Seminar dan FGD Industrial di Aston City Hall merupakan roadshow KEIN kelima kalinya di Perguruan Tinggi. Sebelum ke Sumut, pihaknya mengunjungi ITB, UI, IPB dan UGM.
Kegiatan ini, lanjutnya, merupakan salah satu tugas dari KEIN yaitu tugas-tugas lainnya seperti ditugaskan membuat roadmap industrilisasi jangka pendek, menengah maupun panjang sampai dengan 2045.
Setelah melakukan kajian-kajian, pertemuan-perteman dan studi banding ke luar negeri, KEIN memilih empat sektor Industri yang bukan hanya manufaktur melainkan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan nilai tambah.
“Alasan pilihan itu adalah bersumber dari Indonesia. Yakni Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusianya,” ujar Sutrisno.
Dijelaskan Sutrisno, keempat sektor tersebut adalah agro industri yang meliputi bidang pertanian dan kehutanan, sektor maritim yang meliputi yang ada di laut maupun yang ada diatasnya yaitu transportasi. Selanjutnya sektor Pariwisata dan sektor Ekonomi Kreatif dan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
“Diharapkan keempat sektor yang difokuskan dapat menjawab persoalan-persoalan pembangunan dan kesenjangan terutama ekonomi,” terangnya.
Sutrisno berharap, melalui seminar dan FGD ini nantinya akan menghasilkan masukan-masukan yang produktif untuk menjawab segala persoalan-persoalan yang ada di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. [rs/gbs/mdn]
Selain akan menyampaikan sikap protesnya langsung ke Menteri Perhubungan, Gubsu Erry juga berharap Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyampaikan kepada Menteri Perhubungan RI terkait keberatan Provinsi Sumut atas pengalihan tersebut.
“Kalau membaca media kami sedikit komplain kepada pemerintah pusat khususnya Menhub yang telah menggeser Pelabuhan Kuala Tanjung ke Tanjung periok. Kami mohon Pak Ketua KEIN sampaikan ke Menhub, kami juga akan menyampaikan langsung agar dikembalikan lagi,” ujar Gubsu saat menghadir Seminar dan FGD Industrial pilihan KEIN dalam kerangka Industrialisasi Indonesia 2045 di Aston City Hall Medan, Rabu (25/1/2017).
Turut hadir mewakili Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sekjen Bambang Hendroyono, Rektor USU yang diwakili Wakil Rektor IV Bidang Perencana, Pengembangan dan Sistem Informasi USU Prof Bustami Syam, Ketua Komite Ekononomi Industri Nasional (KEIN) Sutrisno Bachir, Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta, dan pengurus KEIN lainnya seperti Benny Pasaribu, Haris Mukti, Andre Sudibyo, Ipang Wahid dan undangan.
Dikatakan Gubsu, berbagai alasan kenapa Kuala Tanjung tetap harus menjadi hub internasional diantaranya karena berdasarkan studi kelayakan (feasibility) yang ada bahwa pelabuhan Kuala Tanjung berpotensi menjadi pelabuhan terbesar di Indonesia bahkan bisa menampung hingga 21 juta TEUs pertahunnya.
“Pelabuhan Kuala Tanjung sejak peletakan batu pertama dalam 100 hari kerja Presiden Jokowi sudah 500 ribu TEUs dan punya potensi sampai 21 juta bahkan lebih. Ini merupakan potensi yang sangat besar, dan modulnya sudah dibuat Pelindo. Sehingga tinggal dikembangkan saja sesuai dengan kemampuan keuangan baik melalui APBN maupun APBD. Ini bisa menjadi kembanggakan Sumut. Kita akan memohon kepada Menhub agar bisa mengembalikan Kuala Tanjung menjadi Pelabuhan eksport import kembali,” tegasnya.
Dikatakan Gubsu selain memiliki kekayaan dibidang maritim dengan Pantai Timur, Pantai Barat dan Kepulauan Nias, Sumut juga memiliki potensi di sektor Agro dimana Sumut memiliki 3 juta hektar kawasan hutan, 2 juta hektar kawasan perkebunan dimana 1,6 juta hektarnya perkebunan kelapa sawit.
Begitu juga di bidang pariwisata, Sumut juga kaya akan potensi tersebut salah satunya Danau Toba yang masuk dalam kawasan strategis nasional dan akan dikembangkan menjadi kawasan wisata bertaraf internasional. Untuk menunjang hal ini pemerintah pusat telah menerapkan Badan Otoritas Danau Toba yang akan mengelola kawasan 500 hektar untuk dibangun kawasan wisata berstandar internasional.
Sebelumnya, Ketua Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) Sutrisno Bachir mengatakan bahwa kegiatan Seminar dan FGD Industrial di Aston City Hall merupakan roadshow KEIN kelima kalinya di Perguruan Tinggi. Sebelum ke Sumut, pihaknya mengunjungi ITB, UI, IPB dan UGM.
Kegiatan ini, lanjutnya, merupakan salah satu tugas dari KEIN yaitu tugas-tugas lainnya seperti ditugaskan membuat roadmap industrilisasi jangka pendek, menengah maupun panjang sampai dengan 2045.
Setelah melakukan kajian-kajian, pertemuan-perteman dan studi banding ke luar negeri, KEIN memilih empat sektor Industri yang bukan hanya manufaktur melainkan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan nilai tambah.
“Alasan pilihan itu adalah bersumber dari Indonesia. Yakni Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusianya,” ujar Sutrisno.
Dijelaskan Sutrisno, keempat sektor tersebut adalah agro industri yang meliputi bidang pertanian dan kehutanan, sektor maritim yang meliputi yang ada di laut maupun yang ada diatasnya yaitu transportasi. Selanjutnya sektor Pariwisata dan sektor Ekonomi Kreatif dan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
“Diharapkan keempat sektor yang difokuskan dapat menjawab persoalan-persoalan pembangunan dan kesenjangan terutama ekonomi,” terangnya.
Sutrisno berharap, melalui seminar dan FGD ini nantinya akan menghasilkan masukan-masukan yang produktif untuk menjawab segala persoalan-persoalan yang ada di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. [rs/gbs/mdn]
Posting Komentar
Posting Komentar