MEDAN | GLOBAL SUMUT-PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau Pelindo 1
membawa Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tomok, Samosir mengikuti
studi banding ke beberapa objek wisata berbasis masyarakat (Community
Base Tourism) di Yogyakarta, untuk belajar tentang bagaimana mengemas
dan mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat, pada tanggal 20 s.d 22
Oktober 2016.
Para peserta study banding mengunjungi pengelolaan wisata Air Terjun Sri Gethuk dan beberapa objek wisata lainnya di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
“Dengan keterbatasan sumber daya yang kami miliki, kami mencoba mencari peluang dan memanfaatkannya menjadi pemasukan yang bermanfaat untuk peningkatan ekonomi masyarakat desa ini. Sejak di-launching pada 2010, tingkat kunjungan ke desa ini mencapai 142.000 kunjungan per tahun yang menghasilkan 1,9 miliar pendapatan dari sektor wisata setiap tahunnya,” kata Tri Harjono, Mantan Kepala Desa dan salah satu penggagas pariwisata berbasis masyarakat Desa Bleberan.
“Seluruh penduduk kami libatkan. Anak-anak muda dilatih sebagai pemandu wisata, para ibu dilatih menyediakan konsumsi untuk wisatawan, rumah-rumah ditata sedemikian rupa menjadi guest house yang layak. Sekarang sudah ada 30-an guest house di desa kami yang siap melayani para wisatawan,” kata Tri lagi.
Kemudian para peserta study banding juga melihat pengelolaan Desa Wisata Pule Sari (Dewi Pule) di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Desa wisata yang berada di kaki Gunung Merapi ini (sekitar 12 Km) terkenal sebagai penghasil salak. Selain mengemas agrowisata salak, desa ini mengemas pariwisata dengan memanfaatkan sumberdaya alam dengan melibatkan seluruh masyarakat, dimana setiap tahunnya desa ini mampu memperoleh pendapatan dari sektor pariwisata sekitar 1,6 Miliar.
Selain berkunjung ke dua desa wisata ini, rombongan Pokdarwis Tomok diajak melihat ke pusat kerajinan batik, pengelolaan usaha pengrajin kayu di Imogiri, dan pusat-pusat wisata di kota Yogyakarta. “Sangat banyak sekali pengalaman mencerahkan yang kami dapatkan. Bagaimana desa-desa di Yogyakarta memanfaatkan keterbatasan sumber daya alamnya dan mengelolanya menjadi objek wisata yang melibatkan seluruh masyarakat,” kata Mangiring Tua Sidabutar, Kepala Desa Tomok yang juga merupakan pimpinan rombongan Pokdarwis Tomok.
Rafika Aulia Hasibuan, Pelaksana Harian ACS Humas Pelindo 1 mengatakan study banding ini bertujuan untuk memperlihatkan pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat yang sudah dilakukan di Yogyakarta kepada Pokdarwis Tomok. “Dengan begitu, Pokdarwis Tomok bisa melihat dan siap mengembangkan pariwisata di Tomok,” kata Rafika.
Pokdarwis Tomok ini merupakan kelompok sadar wisata binaan Pelindo 1. Pelindo 1 menyalurkan dana Corporate Social Responsbility (CSR)-nya salah satunya untuk pengembangan daerah wisata di Desa Sidabutar, Tomok, Samosir.(abu)
Para peserta study banding mengunjungi pengelolaan wisata Air Terjun Sri Gethuk dan beberapa objek wisata lainnya di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
“Dengan keterbatasan sumber daya yang kami miliki, kami mencoba mencari peluang dan memanfaatkannya menjadi pemasukan yang bermanfaat untuk peningkatan ekonomi masyarakat desa ini. Sejak di-launching pada 2010, tingkat kunjungan ke desa ini mencapai 142.000 kunjungan per tahun yang menghasilkan 1,9 miliar pendapatan dari sektor wisata setiap tahunnya,” kata Tri Harjono, Mantan Kepala Desa dan salah satu penggagas pariwisata berbasis masyarakat Desa Bleberan.
“Seluruh penduduk kami libatkan. Anak-anak muda dilatih sebagai pemandu wisata, para ibu dilatih menyediakan konsumsi untuk wisatawan, rumah-rumah ditata sedemikian rupa menjadi guest house yang layak. Sekarang sudah ada 30-an guest house di desa kami yang siap melayani para wisatawan,” kata Tri lagi.
Kemudian para peserta study banding juga melihat pengelolaan Desa Wisata Pule Sari (Dewi Pule) di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Desa wisata yang berada di kaki Gunung Merapi ini (sekitar 12 Km) terkenal sebagai penghasil salak. Selain mengemas agrowisata salak, desa ini mengemas pariwisata dengan memanfaatkan sumberdaya alam dengan melibatkan seluruh masyarakat, dimana setiap tahunnya desa ini mampu memperoleh pendapatan dari sektor pariwisata sekitar 1,6 Miliar.
Selain berkunjung ke dua desa wisata ini, rombongan Pokdarwis Tomok diajak melihat ke pusat kerajinan batik, pengelolaan usaha pengrajin kayu di Imogiri, dan pusat-pusat wisata di kota Yogyakarta. “Sangat banyak sekali pengalaman mencerahkan yang kami dapatkan. Bagaimana desa-desa di Yogyakarta memanfaatkan keterbatasan sumber daya alamnya dan mengelolanya menjadi objek wisata yang melibatkan seluruh masyarakat,” kata Mangiring Tua Sidabutar, Kepala Desa Tomok yang juga merupakan pimpinan rombongan Pokdarwis Tomok.
Rafika Aulia Hasibuan, Pelaksana Harian ACS Humas Pelindo 1 mengatakan study banding ini bertujuan untuk memperlihatkan pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat yang sudah dilakukan di Yogyakarta kepada Pokdarwis Tomok. “Dengan begitu, Pokdarwis Tomok bisa melihat dan siap mengembangkan pariwisata di Tomok,” kata Rafika.
Pokdarwis Tomok ini merupakan kelompok sadar wisata binaan Pelindo 1. Pelindo 1 menyalurkan dana Corporate Social Responsbility (CSR)-nya salah satunya untuk pengembangan daerah wisata di Desa Sidabutar, Tomok, Samosir.(abu)
Posting Komentar
Posting Komentar