SIMALUNGUN | GLOBAL SUMUT-Isu pergantian/mutasi pejabat di Kecamatan
Hutabayuraja Kabupaten Simalungun menjadi bahan perbincangan dan
menimbulkan keresahan terutama bagi mereka (pejabat) yang akan
diganti/mutasikan.
Setidaknya dalam 3 minggu terakhir, disejumlah warung kopi, kedai tuak di Kecamatan Hutabayuraja menjadi wadah perbincangan akan isu diatas. Bahkan, dipertemuan itu banyak warga sebelum proses pelaksanaan pesta adat berlangsung, wacana hal tersebut hangat diperbincangkan dan menarik perhatian banyak orang yang belum mengetahui.
Pertanyaan yang muncul kemudian, dari siapa isu pergantian/mutasi pejabat diketahui? Apakah dia mendapat bocoran tentang pergantian/mutasi pejabat dari oknum tertentu? Benar isu belum tentu kebenarannya. Tetapi dapat juga dibenarkan. Nyatanya Marsinta Sinaga, sebelumnya dilantik sebagai Camat Hutabayuraja baru-baru ini baru diketahui lebih dahulu beredar isu dari orang tertentu bahwa Marsinta Inaga akan dilantik menjadi Camat dan Camat Otto Simangunsong digantikan/dimutasikan. Artinya isu itu benar adanya.
Sama halnya dengan yang diterima Lurah Hutabayu, Amri Siregar sebelum diketahui desas-desus bahwa jabatannya sebagai lurah akan diganti oleh orang lain sudah lebih dahulu diketahui sejumlah warga di warung kopi maupun di lapo tuak. Hati siapa yang tidak resah karena akan dimutasikan ke Saribu Dolok yang jauh sekali dari keluarga. Soal pergantian tidak masalah bagi saya, tetapi hendaknya kalaupun dipindahkan ke instansi yang lain kiranya tidak jauh dari keluarga katanya, sabtu (11/6).
Oleh karena hal di atas timbul wacana bahwa yang besar melapor atau meminta solusi kepada orang yang tidak berkompoten agar ia (pejabat) tetap duduk dijabatannya. Hal seperti ini dapat dikatakan bahwa Bupati “kalah pamor” dengan penyebar isu.
Mungkin benar apa yang dinyatakan politisi, bahwa bangsa Indonesia dahulu dikenal ramah sekarang menjadi pemarah. Bangsa kita yang dahulu suka bergotong-royong sekarang menjadi bangsa yang individual. Bangsa kita dahulu dikenal santun menjadi bangsa yang arogan dan tidak bermoral. Dahulu, jika ada pergantian jabatan katakanlah itu Kepala Sekolah (Kasek) jika diganti jabatannya akan naik menjadi pengawas sekolah sekarang pergantian Kasek menjadi guru biasa. Agar jati diri bangsa tidak hilang sudah saatnya lembaga pendidikan menjadi wadah yang efektif dalam mendidik peserta didik dan masyarakat untuk bersikap disiplin dan santun. Dengan mendapat pendidikan berperilaku santu seseorang akan mampu bersikap disiplin, santun, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap dan perilaku santun ini dilatih sejak dini sehingga ketika dewasa disiplin, santun telah menjadi bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. Pada akhirnya, sikap dan berperilaku santun dalm kehidupan sehari-hari adalah adalah cermin budaya bangsa Indonesia. (Binsar Sinaga)
Setidaknya dalam 3 minggu terakhir, disejumlah warung kopi, kedai tuak di Kecamatan Hutabayuraja menjadi wadah perbincangan akan isu diatas. Bahkan, dipertemuan itu banyak warga sebelum proses pelaksanaan pesta adat berlangsung, wacana hal tersebut hangat diperbincangkan dan menarik perhatian banyak orang yang belum mengetahui.
Pertanyaan yang muncul kemudian, dari siapa isu pergantian/mutasi pejabat diketahui? Apakah dia mendapat bocoran tentang pergantian/mutasi pejabat dari oknum tertentu? Benar isu belum tentu kebenarannya. Tetapi dapat juga dibenarkan. Nyatanya Marsinta Sinaga, sebelumnya dilantik sebagai Camat Hutabayuraja baru-baru ini baru diketahui lebih dahulu beredar isu dari orang tertentu bahwa Marsinta Inaga akan dilantik menjadi Camat dan Camat Otto Simangunsong digantikan/dimutasikan. Artinya isu itu benar adanya.
Sama halnya dengan yang diterima Lurah Hutabayu, Amri Siregar sebelum diketahui desas-desus bahwa jabatannya sebagai lurah akan diganti oleh orang lain sudah lebih dahulu diketahui sejumlah warga di warung kopi maupun di lapo tuak. Hati siapa yang tidak resah karena akan dimutasikan ke Saribu Dolok yang jauh sekali dari keluarga. Soal pergantian tidak masalah bagi saya, tetapi hendaknya kalaupun dipindahkan ke instansi yang lain kiranya tidak jauh dari keluarga katanya, sabtu (11/6).
Oleh karena hal di atas timbul wacana bahwa yang besar melapor atau meminta solusi kepada orang yang tidak berkompoten agar ia (pejabat) tetap duduk dijabatannya. Hal seperti ini dapat dikatakan bahwa Bupati “kalah pamor” dengan penyebar isu.
Mungkin benar apa yang dinyatakan politisi, bahwa bangsa Indonesia dahulu dikenal ramah sekarang menjadi pemarah. Bangsa kita yang dahulu suka bergotong-royong sekarang menjadi bangsa yang individual. Bangsa kita dahulu dikenal santun menjadi bangsa yang arogan dan tidak bermoral. Dahulu, jika ada pergantian jabatan katakanlah itu Kepala Sekolah (Kasek) jika diganti jabatannya akan naik menjadi pengawas sekolah sekarang pergantian Kasek menjadi guru biasa. Agar jati diri bangsa tidak hilang sudah saatnya lembaga pendidikan menjadi wadah yang efektif dalam mendidik peserta didik dan masyarakat untuk bersikap disiplin dan santun. Dengan mendapat pendidikan berperilaku santu seseorang akan mampu bersikap disiplin, santun, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap dan perilaku santun ini dilatih sejak dini sehingga ketika dewasa disiplin, santun telah menjadi bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. Pada akhirnya, sikap dan berperilaku santun dalm kehidupan sehari-hari adalah adalah cermin budaya bangsa Indonesia. (Binsar Sinaga)
Posting Komentar
Posting Komentar