MEDAN
| GLOBAL SUMUT-Suryadi, seorang pemuda asal kecamatan Tarutung,
Kabupaten Tapanuli Utara berhasil menjadi Delegasi atau perwakilan
Provinsi Sumatera Utara untuk program pertukaran pemuda antar Negara
dengan Negara tujuan yaitu tanah kangguru, Australia.
Suryadi,
anak dari Ayahanda Sarmin dan Ibunda Titir boru Panjaitan ini selama
hampir lima bulan (sejak oktober 2015-februari 2016) menjalani Program
Pertukaran Pemuda Australia-Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP).
Hal ini merupakan mimpi yang menjadi nyata bagi Suryadi. Lebih
membanggakan lagi, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara
ini bukan hanya sekedar menjadi delegasi perwakilan dari Provinsi
Sumatera Utara. Ia menjadi Ketua Kontingen Delegasi Indonesia Program
Pertukaran Pemuda Australia-Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP).
Setelah tiga kali mencoba untuk menjadi salah satu perwakilan Indonesia
dalam Program Pertukaran Pemuda Antar Negara dari tahun 2013, hingga
akhirnya ia berhasil menjadi delegasi pada tahun 2015.
PPAN
ini merupakan sebuah program kepemudaan yang diinisiasi ole KEMENPORA
RI yang bertujuan untuk menguatkan hubungan antar negara melalui people
to people contact.
Maka
para delegasi dari masing-masing negara dibekali pegetahuan budaya yang
kuat. Karena sangat penting bagi peserta untuk menjadi ‘wajah’ bangsa
dan memperkenalkan budaya yang baik untuk di Australia maupun di
Indonesia. Dalam programnya, selama dua bulan di Australia para delegasi
Indonesia ‘menularkan virus’ pengetahuan budaya Indonesia di
sekolah-sekolah melalui School visit yang dilakukan setiap hari Senin,
dimanfaatkan Suryadi dan ketujuh belas delegasi Indonesia lainnya untuk
menampilkan performance medley lagu-lagu daerah Indonesia. Mereka juga
diwajibkan memakai baju tradisional saat penampilan. Setelah itu, mereka
akan masuk ke kelas-kelas untuk mengajarkan budaya indonesia seperti
tarian, alat musik dan menjelaskan berbagai hal tentang Indonesia
seperti makanan, pariwisata, hingga hal-hal unik di Nusantara.
Ada
pengalaman menarik bagi Suryadi yang berasal dari Tarutung sebuah kota
kecil yang dikenal dengan kota wisata rohani di Tapanuli Utara ini. Saat
penampilan cultural performance disalah satu sekolah. Saat itu Ia dan
teman-temannya menampilkan tarian Rapai Geleng dari Provinsi Aceh.
Setelah tampil, salah satu murid dari Ulludalla Public School, NSW
Australia tanpa ragu menghampirinya dan memuji, “Aku suka penampilanmu.
Aku suka ketika kamu melakukan tarian dengan drum (rapai) itu” ujar sang
murid. Antusiasme yang besar dari para murid menjadi pendorong semangat
untuk memperkenalkan lebih banyak budaya Indonesia di Negeri Kangguru.
Ada
dua fase di Australia, fase kota dan fase desa. Disetiap akhir fase,
para delegasi akan membuat pertunjukkan dalam farewell party. Jika
biasanya Tari Saman merupakan tari tradisional yang sudah banyak
dibawakan di kancah Internasional. Saat perpisahan di Australia,
Suryadi, dengan bangga mempersembahkan Tari Tor-Tor sebagai tarian
pamungkas yang ditarikan secara massal oleh para undangan.
Tari
Tor-Tor yang memiliki arti memuliakan Sang penguasa alam, leluhur dan
menghormati tamu ini, ditarikan bersama dengan para host family atau
keluarga angkat, warga didaerah tersebut hingga para Kedubes dan
Konsulat Jendral di Australia. Prestasi yang sungguh membanggakan bagi
Suryadi dan juga bagi masyarakat batak, Provinsi Sumatera Utara.
Namun
ada fakta menarik lain yang Suryadi dapatkan saat berada di Australia
tentang Batak. Ternyata Batak tidak hanya ada di Indonesia saja. Di
Australia, Batak merupakan nama sebuah Game di Questacon, The National
Science and Technology Center of Australia. Pembuktian Suryadi sebagai
Pemuda Batak di Tanah Kangguru semoga dapat menginspirasi kita semua
untuk selalu mencintai, bangga dan memperkenalkan budaya yang kita
punya.(red)
Posting Komentar
mantab !!!
Posting Komentar