KABANJAHE
| GLOBAL SUMUT-Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmayanto dan Pelaksana
Tugas (Plt) Gubernur Sumatera utara (Sumut) Ir H Tengku Erry Nuradi MSi
secara simbolik meresmikan masjid dan gereja di lokasi relokasi
pengungsi Gunung Sinabung di Desa Siosar, Kecamatan Merek Kabupaten
Karo, Rabu (27/4/2016).
Hadir
dalam kesempatan itu Pangdam I/BB Mayjend Lodewyk Pusung, Kapolda Sumut
Irjen Raden Budi Winarso,
Bupati Karo Terkelin Brahmana,
Dan Lanud Soewondo Medan Kol (PNB) Arifien Syahrir, Dan Lantamal
Belawan Kol Widodo Dwi Purwanto dan ribuan masyarakat dan pengungsi
Gunung Sinabung.
Dalam
kesempatan itu, Panglima TNI Gatot Nurmayanto mengatakan, Mesjid
AL-Hikmah dan Gereja Oikumene Bahtera Kasih diharapkan menjadi perekat
kerukunan umat beragama sekaligus menjadi symbol harmonisasi sosial
kemasyarakatan di Siosar.
“Gereja
dan mesjid adalah lambang kebaikan dan kasih Tuhan. Semoga dapat
memberi semangat bagi umat Kristiani. Masjid juga tempat beribadah umat
Islam. Pemeluk agama harus rukun damai,” pesan Gatot.
Gatot
menyatakan, pemerintah pusat memberikan perhatian serius terhadap
bencana letusan Gunung Sinabung. Perhatian tersebut dibuktikan dengan
kedatangan Presiden Joko Widodo ke Kabupaten Karo, usai dilantik menjadi
kepala negara.
“Berdasarkan
laporan bahwa erupsi berkepanjangan, maka presiden memutuskan untuk
membangun reloksi, kemudian memerintahkan kepada TNI. Seminggu kemudian
saya kemari dan berkoordinasi. Tempat ini ditentukan bersama-sama dan
merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif. Saya senang, saai ini
semua pengungsi yang hadir di sini sudah bisa tersenyum,” kata Gatot.
Sementara
Plt Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi mengatakan, pada Tahap I,
pemerintah bersama TNI telah menyiapkan lokasi dan perumahan bagi 370 KK
pengungsi Sinabung dari 3 desa yakni Desa Simacem, Bekerah dan Suka
Meriah.
“Tidak
hanya tempat tinggal, para pengungsi juga mendapat lahan pertanian yang
dapat diolah untuk membangun kehidupan yang baru,” ujar Erry.
Selain
itu, pemerintah juga membangun sarana dan prasarana pendukung
diantaranya kantor desa, balai desa, jambur, kamar mandi umum, gapura
dan rumah ibadah.
“Pemerintah
juga menyiapkan infrastruktur pendukung yakni jalan tersier, drainase,
listrik, jalan usaha tani ke lokasi lahan pertanian, pustu, sekolah,
terminal, land clearing TPU dan bantuan saprodi,” tambah Erry.
Semua
sarana tersebut, ujar Erry, merupakan upaya pemerintah dalam memulihkan
kembali kehidupan masyarakat yang sebelumnya terpuruk akibat bencana
Gunung Sinabung untuk bangkit kembali, baik dari aspek sosial, ekonomi
maupun budaya. “Kita mengimbau masyarakat yang telah mendapatkan rumah
untuk menempati rumahnya dan memanfaatkan lahan pertanian yang telah
diberikan,” imbau Erry.
Pembangunan
gereja dan mesjid tidak hanya menjadi sebagai tempat ibadah, namun juga
memiliki fungsi sosial kemasyarakatan dan memupuk toleransi antar
pemeluk agama.
“Pemeluk
agama yang berbeda-beda dapat menjalin hubungan dalam kegiatan sosial
ekonomi sehingga pemulihan kehidupan seluruh masyarakat relokasi Sosar
mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat mengejar ketertinggalan dengan
desa-desa lainnya,” pesan Erry.
Bupati
Karo, Terkelin Brahmana menjelaskan, penyiapan relokasi Tahap II
ditargetkan akan tuntas Juni 2016 mendatang untuk menampung 1.680 KK
dari empat desa yakni Desa Guru Kinayan, Berastepu, Durintonggal dan
Gamber.
“Relokasi
Tahap II dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Pemerintah tidak
lagi menyiapkan lahan karena izin pembukaan lahan hutan untuk relokasi
Tahap II tidak keluar. Maka diputuskan, masyarakat secara berkelompok
mencari sendiri areal untuk pembangunan rumah dan ladang. Sedangkan
fasilitas umum pendukung perumahan nantinya disiapkan pemerintah,” jelas
Terkelin.
Sebagai
kompensasi, sebut Terkelin, pemerintah memberikan bantuan alokasi
pembangunan rumah Rp 110 juta tiap KK dengan perincian untuk penyedian
tanah dan pembangunan rumah sebesar Rp Rp 59,4 juta dan pembelian lahan
pertanian Rp 50,6 juta. “Tenggat waktu yang kita berikan hingga Juni
2016 ini. Kita berharap, alokasi dana yang diberikan dapat bermanfaat
dalam membangun kehidupan yang baru,” harap Terkelin.
Erupsi
Gunung Sinabung telah berlangsung lebih 5 tahun sejak erupsi pertama
tahun 2010 dan terus berlangsung hingga April 2016. Akibatnya, 9.322
jiwa terpaksa hidup di 9 penampungan hingga saat ini. (RHD)
Posting Komentar
Posting Komentar