BELAWAN
| GLOBAL SUMUT-Akibat lemahnya penegakan hukum Ditpolairdasu 9 orang
yang disebut-sebut sebagai otak pelaku pembantaian 4 nelayan pancing
asal Bagan Deli kembali melaut. Sabtu (19/3/2016).
9
orang itu masing-masing Rajali alias London nakhoda KM Maju Jaya warga
Lingkungan 23 Kelurahan Pekan Labuhan, Khairuddin alias Enden nakhoda
KM. Sumber Bahagia Baru warga lingkungan 23 Kelurahan Pekan Labuhan, H.
Zulkifli nakhoda KM Sejahtera warga desa Selemak Hamparan Perak, Syaiful
Bahri alias Sibol alias atok nakhoda Metro Politan warga lingkungan 22
Kelurahan Pekan Labuhan, M. Yunus/Udin nakhoda KM. Bintang Surya warga
lingkungan 24 Kelurahan pecan Labuhan, Agus alias Doyok nakhoda KM.
Sumber Bahagia warga lingkungan 7 gang Anggrek Kelurahan Labuhan Deli
Kecamatan Medan Marelan, Udin Tanjung Nakhoda kapal transport warga
komplek Perum KM. 20 lingkungan 26 Kelurahan Pekan Labuhan, dan Menen
nakhoda transport warga jln. Bawal Pojok Pajak Baru Kelurahan Belawan
Bahagia Kecamatan Medan Belawan.
“Nggak ada apa-apanya, tak usah takut, melaut aja kita, tokeh kita orang kuat banyak duit, milioner dilawan”.
Selentingan
yang sempat didengar tetangga korban itu keluar dari mulut salah satu
nakhoda yang terlibat. Seakan hukum di Polairdasu tumpul dan bisa diatur
dengan kekayaan pengusaha (tokeh-red)..
“Bertambah
sakit hati kami (keluarga korban-red) mendengar ucapan nakhoda yang
angkuh dan sombong itu. Kami berharap Polairdasu punya hati dan serius
mengungkap pelaku pembantaian keluarga kami (4 orang nelayan
pancing-red)”. Kata Abdullah Amin saat dihubungi melalui telephon
selularnya.
Ke
4 istri-istri korban lanjut Abdullah sepakat datangi Kapoldasu, harapan
mereka agar laporan pengaduan keluarga korban diambil alih Poldasu.
Saya sebagai orangtua kandung korban tak dapat menahan kemauan itu karna
istri dan anak-anak korban lebih berhak. Kata Abdullah.
Kabar
yang berkembang di lapangan, sebelum dibunuh, ke 4 nelayan pancing asal
Bagan Deli (Rajali Abdi, Fahruddin Ahmad, Mhd. Zein, dan Dani-red)
minta ikan makan pada nakhoda KM Sejahtera H. Zul (5 kg/1 timba-red).
Saat berpisah melalui pesawat radio H. Zul perintahkan nakhoda transport
Udin Tanjung yang ketika itu berada persis di belakang KM. Sejahtera
untuk buntuti 4 nelayan pancing itu, sementara H. Zul hubungi nakhoda
lainnya dengan alasan dirinya dirampok. Akibatnya terjadi pengepungan
yang diringi pembantaian hingga menewaskan ke 4 nelayan pancing
tersebut.
Kejadian
itu dilaporkan Nurhayati, Juli Manurung, Dina (istri-istri korban-red),
Amir (pemilik perahu Lumba-Lumba yang ditumpangi 4 nelayan
pancing-red), dan orangtua kandung korban Abdullah Amin ke Polairdasu
dengan bukti laporan pengaduan Nomor : STPL/08/II/2016/Ditpolair.
Sayangnya penyidik Polairdasu tak mampu periksa saksi H. Zulkifli dan
Udin Tanjung.
Sebelumnya
Kepala Bidang Penindakan dan Penegakan Hukum Polairdasu AKBP Sudung
ketika dikonfirmasi melalui pesan singkat SMS, Minggu lalu (13/3/2016)
ngaku kasus itu dalam penyelidikan.
“Perkara
tersebut masih dalam penyelidikan dan ditangani oleh kami. Dalam
pengungkapan perkara tersebut dibutuhkan kerjasama antar pihak untuk
mengungkap pelakunya. Dalam penetapan pelaku pidana diperlukan bukti
permulaan yang cukup. Kami sudah berkoordinasi dengan pihak keluarga
yang diduga sebagai korban untuk memberikan penjelasan tentang
perkembangan penanganan kasusnya. Kami berharap kasus tersebut dapat
segera terungkap, dan kepada pihak-pihak yang mengetahui tentang
peristiwa pidana tersebut dapat menyampaikan info dengan bukti pendukung
kepada penyidik kami guna ditindaklanjuti”. Kata Sudung menjawab SMS
wartawan. (rls).
Posting Komentar
Posting Komentar