BELAWAN
| GLOBAL SUMUT-Polisi Air Sumatera Utara terkesan lamban tindaklanjuti
laporan pengaduan Nomor : STPL/08/II/2016/Ditpolair. Akibatnya nelayan
takut aksi balas dendam, dan terpaksa pilih tak melaut. Sabtu
(27/2/2016).
“Aku
dilarang keluarga melaut bang. Mereka (keluarga-red) takut adanya aksi
balas dendam di laut sana. Lebih baik aku turuti daripada jadi
penyesalan keluarga”. Kata AH (42) warga lingkungan 22 Pekan Labuhan,
Kemaren.
Puluhan
nelayan kapal ikan pukat langgar PT. Jasa Hasil Laut (gudang
cerewet-red) Gabion Belawan (ABK-red) terpaksa pilih tak melaut. Mereka
(ABK) takut adanya aksi balas dendam yang berutal di tengah laut pantai
Timur dan Barat. Bagaimana tidak, kabarnya keluarga 4 nelayan pancing
yang dihabisi 6 nakhoda kapal ikan pukat langgar Gabion Belawan tak
terima. Keluarga korban dan masyarakat jiran tetangga mulai geram dengan
tindakan kejam pelaku. Keresahan puluhan nelayan tersebut bertambah
parah dengan lambannya tindakan Polairdasu atas laporan pengaduan
keluarga korban.
Menanggapi
masalah itu, ketua Forkomwari melalui Sekretarisnya A. Hasan di ruang
kerjanya Jln. Sunggal Medan sesalkan Polairdasu. Hasan berharap agar
keluarga korban dapat menahan diri. “Wajar kalau anak buah kapal ikan
pukat langgar Gabion Belawan resah dan takut melaut. Ini masalah
hilangnya 4 nyawa manusia, dan segala kemungkinan bisa saja terjadi di
tengah laut sana”. Kata Hasan.
Yang
kita sesalkan lambannya tindaklanjut Polairdasu terhadap laporan
pengaduan keluarga korban (Nurhayati, Amir, dan Abdullah Amin-red)
lanjut Hasan. Seharusnya Polairdasu segera tanggap dengan laporan
pengaduan keluarga korban. Jangan sampai sesama nelayan bentrok fisik di
tengah laut sana, dan itu bisa saja terjadi. Ujar Hasan.
Runmor
yang berkembang di lapangan, lambannya proses pengaduan keluarga korban
di Polairdasu disebabkan termakan jasa (kepentingan pribadi-red).
Kabarnya tokeh yang menaungi 6 nakhoda yang disebut-sebut terlibat itu
punya hubungan dekat dengan petinggi-petinggi di Polairdasu, tak heran
kalau laporan pengaduan keluarga korban jalan di tempat.
Disisi
lain, tudingan miring masyarakat juga terlontar kepada Polairdasu.
Lambannya proses laporan pengaduan keluarga korban disengaja untuk
mencari kelemahan dalam laporan tersebut.
Tudingan
warga masyarakat itu cukup beralasan. Meskipun sejumlah nama-nama yang
diduga terlibat dalam pembantaian 4 nelayan pancing dijelaskan dalam
proses pemeriksaan pelapor, tak seorangpun dipanggil Polairdasu.
Sekedar
diingat, 4 nelayan pancing warga Kelurahan Bagan Deli masing-masing
Rajali Abdi, Mhd. Zein, Baharuddin Ahmad, dan Dani pergi melaut dengan
tumpangan perahu Lumba-Lumba milik Amir. Dalam perjalanan mereka bertemu
dengan kapal ikan pukat langgar Gabion Belawan yang dinakhodai Zulkifli
alias Zul. Merasa kenal, ke 4 nelayan pancing minta ikan makan (hasil
pancing belum ada-red).
Tak
disangka, ikan makan yang diminta itu ternyata bawa malapetaka bagi 4
nelayan pancing. Zul yang sudah menginjakkan kakinya ke tanah suci Mekah
itu hubungi nakhoda lainnya (satu gudang-red) dan mengaku kalau dirinya
dirampok. Akibatnya 6 kapal ikan pukat langgar Gabion Belawan melakukan
pengejaran dan menghantam perahu Lumba-Lumba yang ditumpangi 4 nelayan
pancing asal Bagan Deli tersebut.
Kekejaman
rombongan nakhoda yang kerasukan setan itu melebihi zaman Jahiliyah.
Korban yang terapung di tengah laut teriak-teriak nyebut nama Tuhan
(Allahu Akbar-red) dihabisi dengan benda sajam dan perlengkapan lainnya.
Ke 6 nakhoda yang disebut-sebut sebagai pelaku itu merasa tak bedosa.
Sebahagian mereka (nakhoda-red) tetap melaut dengan angkuh dan
sombongnya.
Direktur
Polairdasu Kombes Pol Tubuh Musyareh yang dikonfirmasi wartawan, Jum'at
(27/2/2016) melalui Kasubdit Gakkum (Kepala Subdit Penegakan Hukum)
AKBP Sudung Ferdinand Napitu melalui telephon selularnya, mengaku tidak
tahu perkembangan pengaduan keluarga korban. “Saya tidak tahu
perkembangan laporan pengaduan yang Bapak tanyakan. Waktu itu saya di
luar kota lagi cuti, tanyakan saja langsung pada penyidiknya”. Kata
Sudung.
Sementara
Kepala Seksi Penegakan Hukum (Kasigakum) Polairdasu Kompol J Tamba
ketika dihubungi tidak menjawab. Melalui pesan singkat SMS, juga tidak
ada jawaban dari Kompol Tamba. (Tim)
Posting Komentar
Posting Komentar