0
BERASTAGI  | GLOBAL SUMUT-Media di Indonesia dinilai tak banyak memberi ruang atas isu keberagaman. Isu terkait keberagaman seharusnya masuk kategori berita yang penting sekaligus menarik. Hal tersebut disampaikan oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan dan Aceh, menggelar Workshop Jurnalis Dalam Memberitakan Isu Keberagaman di Hotel Internasional Sibayak pada 11 - 12 februari 2016. Menurut pakar komunikasi sekaligus Dosen Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Ade Armando   mengajak Jurnalis untuk melaporkan konflik dan penindasan HAM secara adil dan berimbang.

 "Mendiamkan dan tidak melaporkan adalah bentuk jurnalisme yang tidak bertanggungjawab, oleh karenanya media memang berperan untuk melaporkan segala kezaliman yang tengah terjadi di masyarakat."

Masalah yang terjadi di masyarakat memang kerap rumit, Jurnalis perlu Hati-hati dalam melaporkan agar tidak menimbulkan konflik baru. "isu intoleransi seperti pelarangan pembangunan tempat ibadah (dan) penyerangan kelompok suatu agama, merupakan peristiwa penting dan menarik bagi publik," katanya

Namun, Ade menegaskan kembali bahwa dalam kasus HAM wartawan tidak perlu netral tetapi sebaiknya berpihak pada pihak yang dirugikan atau nama lain disebut korban. Suaranya korban perlu ditonjolkan dan dengarkan suara mereka yang tertindas agar masalah tidak berkelanjutan. "Apa yang Ada laporkan sesungguhnya dapat menyelamatkan nyawa orang lain," ucapnya

Meski demikian, Ade mengatakan, masih ada beberapa media yang konsisten menggarap isu tersebut.media massa punya kewajiban untuk mengungkap kebenaran.

Minimnya pemberitaan soal keberagaman di media massa, sebut Ade, karena mengangkat isu intoleransi berisiko bagi media. Risiko itu, sebut dia memberikan contoh, bisa berupa ancaman penyerangan dari kelompok tertentu.

Dari segi bisnis, imbuh Ade, isu keberagaman juga kurang menguntungkan. Di televisi, misalnya, isu keberagaman sulit menaikkan rating. Sementara itu, Yuniyanti Chuzaifah dari Komisi Nasional Anti Kekerasan (Komnas) Perempuan yang juga diundang oleh Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk) mengatakan bahwa ketika Negara terlalu mencampuri urusan agama dan keberagaman maka akan menjadi sulit seperti halnya biarkan perempuan mengikuti kepercayaan dirinya sebagaimana is menjaga hak asasinya.

Yuniyanti menghimbau kepada para peserta workshop yang terdiri dari jurnalis wilayah Medan-Aceh Untuk menyeimbangkan porsi berita kekerasan seksual Bagi perempuan dengan kasus korupsi agar menjadi perhatian dan tidak selaku diacuhkan.

Yuniyanti mengungkapkan juga bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. "Dapat dilihat sendiri bahwa masih banyak perempuan dengan akses teknologi dan pengetahuan yang terbatas perlu dilindungi dan diperhatikan" ucapnya (ulfah)

Posting Komentar

Top