0
MEDAN | GLOBAL SUMUT-Volume ekspor ke Tiongkok kembali mengalami tekanan,   bahkan nilai impor  negara tirai bambu tersebut mengalami penurunan dibandingkan beberapa tahun terakhir.  Gambaran ini muncul setelah melambatnya perekonomian di raksasa Asia dan aktor perdagangan barang terbesar dunia ini membuat pasar global panik ketika Beijing berusaha menyeimbangkan pertumbuhan ekonominya dengan bergeser kepada orientasi konsumsi domestik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Neraca perdagangan Sumut dengan Tiongkok pun akan lebih seimbang. Bahkan, ada kemungkinan surplus neraca perdagangan akan semakin meningkat asalkan ekspor tak mengalami kendala, sedangkan impor dari Tiongkok terus tertekan. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari hingga Oktober tahun ini, nilai ekspor Sumut ke Tiongkok mencapai US$666,31 juta.

Angka tersebut turun dibanding tahun lalu yang mencapai US$845,86 juta. Penurunan nilai ekspor tersebut terjadi karena banyak industri di sana yang menahan produksi akibat tekanan ekonomi. "Ekspor ke Tiongkok masih didominasi CPO dan karet," kata Kepala BPS Sumut Wien Kusdiatmono pada Selasa (19/1/2016). Sementara nilai impor dari Tiongkok mengalami penurunan tipis dari US$693,67 juta tahun lalu menjadi US$662,67 juta pada tahun ini. Selain barang-barang konsumsi, barang impor dari Tiongkok didominasi oleh bahan bakar mineral, mesin dan peralatan listrik, pupuk dan barang lainnya. Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Laksamana Adiyaksa mengungkapkan, tahun ini ekonomi Tiongkok diprediksi masih sulit untuk tumbuh 6,5%.

Tiongkok sendiri hingga kini masih menjadi negara tujuan utama untuk memasarkan komoditas unggulan Sumut, yakni CPO dan karet. Bahkan, Negeri Tirai Bambu itu terus menempati urutan pertama sebagai negara yang paling banyak membeli komoditas ekspor Sumut, kecuali tahun lalu karena ekspor ke sana mulai menurun. (Ulfah)

Posting Komentar

Top