SIMALUNGUN | GLOBAL SUMUT-Kades
Nagori Raja Maligas I Disuga melakukan pengutipan dana untuk biaya
bedah rumah sebesar Rp. 50.000 per. kk, Seperti mana di ketahui Penduduk
Nagori Raja Maligas sekira 405/kk, jika per Kknya dikutip Rp50.000 maka
Kades telah meraup uang dari masyarakat sekitar Rp 50.000 X 405 =
20.250.000,-(dua puluh juta dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Sedangkan
bedah rumah tersebut merupakan Program dari Pemerintah melalaui
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera), Bahkan
(PU-Pera) berencana melanjutkan program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) atau yang biasa dikenal dengan program bedah rumah.
Tujuannya untuk membantu meningkatkan kualitas tempat tinggal masyarakat
kurang mampu di seluruh Indonesia.
Kementerian
mencatat, dari sekitar 13,5 juta angka backlog alias kekurangan
kebutuhan akan rumah di Indonesia, sekitar 3,4 juta unit merupakan rumah
tidak layak huni (RTLH). Sedangkan angka pertumbuhan kebutuhan rumah
per tahun di Indonesia diperkirakan mencapai 800 ribu rumah.
Berdasarkan
RPJMN 2015-2019, tersedia dana Rp 2,2 juta untuk pembangunan rumah baru
dan peningkatan kualitas rumah tidak layak huni sebanyak 1,5 juta
unit,"
Sebelumnya,
program bedah rumah telah dilaksanakan oleh Deputi Bidang Perumahan
Swadaya Kementerian Perumahan Rakyat. Kemudian, ketika penggabungan
kementerian dilakukan, program tersebut berkomitmen akan tetap
dilaksanakan dan menjadi salah satu program unggulan di Kementerian
PU-Pera.
Program
BSPS pada dasarnya bukan merupakan bantuan sosial, akan tetapi
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan stimulan kepada
masyarakat. Serta mendorong Pemda untuk ikut peduli terhadap program
perumahan bagi masyarakat yang saat ini masih banyak tinggal di RTLH.
Pemerintapun
tidak pernah mengutip dana dari masyarakat untuk melakukan bedah rumah,
Namun anehnya di Desa Raja Maligas I , Kecamatan Huta Bayu Raja,
Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, ternyata ada oknum pemerintahan
kota dan kabupaten tetap melakukan pengutipan terhadap masyarakat untuk
kepentingan pribadi alias masuk kantong sendiri, dengan dalih biaya uang
bedah rumah atau lainnya.
Menurut
masyarakat Raja Maligas I kok masi ada kutip lagi dari kami biaya
bedah rumah itu pak, sebesar Rp 50.000 per kk sedangkan pemerintah
sudah membantu dan itu merupakan program dari pemerintah untuk
masyarakat supaya rumah masyarakat layak huni beber warga yang kesal.
“Kami
disini tak paham atas bedah rumah pak, karena ada oknum yang kutip uang
dari kami katanya untuk bedah rumah ya kami kasi lah, setelah kami
tunggu-tunggu ternyata cuma satu rumah yang di lakukan bedah rumah,
itupun di Huta Tapian Nauli atas nama Sintong Siahaan bantuannya hanya
berupa seng sebanyak 64 lembar, paku dan rabung sementara upah tukangnya
di tanggung sendiri”terang warga kepada media ini.
Saat
ditemukan Kaur Desa memang betul dikutip biaya bedah rumah dari
masyarakat tapi kami berdua yaitu Tongam br manurung dan didampingi
oleh pihak kecamatan, tutur sarma br opung sunggu sebagai kaur desa raja
maligas I.
Gimanalah
pak, saya disuruh kepala desa dan namanya bawahan harus turut perintah
saut sarma baru-baru ini yang ditemui media dikantor desa raja maligas
1 Saat dikompirmasi Liden Sirait Raja Maligas I (kades) beberapa hari
yang lalu mengelak, Liden Sirait tidak bisa menjelaskan atas kutipan
sebesar Rp 50.000,-/ kk yang di lakukan Kaur Desa kepada warga dengan
dalih bedah rumah.Liden Sirait lempar tanggung jawabnya, “Bapak jumpai
saja pihak kecamtan bgian Kesra ibu Pangaribuan “Kata Liden Sirait
(Kades).
Masyarakat
Raja maligas I menta kepada Bupati Simalungun DR JR Saragih SH MM,
supaya mantan camat huta bayu raja Manaor silalahi dan ibu pangaribuan
ditindak sesuai dengan peraturan yang berlaku karena sudah melakukan
pungli biaya bedah rumah kepada masyarakat Rp. 50.000 per kk, dari
jumlah penduduk 405 kk , hanya I unit rumah yang seng,.paku dan rabung
yang masih terealisasi. Soalnya tunggu-punya tunggu dan sabar kamipun
sudah bosan bagusnya uang tersebut Rp 50.000 di kembalikan kepada kami
dan bisa kami pergunakan buat keperluan anak-anak kami yang sekolah,
kata warga kesal. (M.Mangusong)
Posting Komentar
Posting Komentar