MEDAN
| GLOBAL SUMUT-Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Ir H
Tengku Erry Nuradi MSi mengajak mahasiswa untuk menjaga independensi
sebagai salah satu elemen pendorong pembangunan. Selain itu, mahasiswa
juga tidak perlu sungkan untuk mengkritisi jika kinerja Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Sumut melakukan kekeliruan dalam menjalankan amanah
rakyat.
Hal
itu dikemukan Tengku Erry Nuradi dalam acara berbuka puasa bersama
dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan sejumlah elemen mahasiswa di
restoran Koki Sunda, Jl S Parman Medan, Selasa (14/7/2015).
Hadir
dalam acara tersebut ketua dan presiden dan perwakilan BEM se Kota
Medan, Kelompok Cipayung, Ikatan Mahasiswa Kedaerahan Provinsi Sumut,
perwakilan Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) dan sejumlah elemen mahasiswa
lainnya.
Dalam
kesempatan tersebut, Erry menyatakan, sederhana, cerdas dan kritis
terhadap berbagai persoalan, merupakan kakarter umum mahasiswa. Karakter
tersebut harus tetap tumbuh demi melakukan perubahan kea rah yang lebih
baik.
“Mahasiswa juga harus menjaga militansi. Tetapi diatas semua itu, mahasiswa harus mampu menjaga independensi,” ujar Erry.
Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Sumut tidak menutup diri dari masukan, saran dan
sumbang ide dari berbagai elemen mahasiswa. Keberadaan mahasiswa dalam
menyuarakan kebenaran dan keadilan sosial akan mengingatkan pemegang
kebijakan dalam menunaikan tanggungjawab menyejahterakan rakyat.
“Silahkan
kritisi dengan cara yang santun. Jika tujuannya baik, maka Pemerintah
Provinsi akan berterima kasih telah diingatkan. Apalagi kritik tersebut
adalah kritik yang membangun,” tambah Erry.
Dalam
kesempatan tersebut, Erry juga menyahuti harapan Ketua Ikatan Mahasiswa
Karo ( IMKA) Mathias Tarigan, agar pemerintah segera memiliki solusi
dalam penanganan pengungsi erupsi Gunung Sinabung.
Sumut
kini sedang mengalami berbagai persoalan diantaranya penanganan bencana
erupsi Gunung Sinabung yang tak henti sejak 3 tahun lalu. Akibatnya,
sebanyak 9900 lebih pengungsi masih hidup di 10 titik posko penampungan.
Salah
satu solusi penangan erupsi Sinabung adalah dengan memindahkan warga
yang berada di radius 7 kilometer dari kaki Gunung Sinabung. Pemerintah
Pusat, Pemprov Sumut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo dan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan Kodam I/BB
telah menyiapkan 103 rumah siap huni dari 370 rumah yang direncakan
dibangun pada tahap pertama.
“Selebihnya
kini masih dalam tahap pembangunan dengan memaksimalkan bantuan tenaga
dari Kodam I Bukit Barisan. Tahap pertama telah diserahkan kepada
masyarakat dari Desa Bakerah. Jumlah itu jauh dari kebutuhan masyarakat
pengungsi. Sementara beberapa desa lain belum mendapatkan rumah,” jelas
Erry.
Relokasi
berada dikawasan hutan produksi di Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten
Karo, Provinsi Sumatera Utara. Sekitar 17 km dari kota Kabanjahe, ibu
kota Kabupaten Karo.
Penyiapan
rumah dilengkapi fasilitas seperti listrik, air, pembukaan lahan
pemukiman seluas 30 Ha. Selain itu juga disipakan perbaikan dan
pengerasan jalan sepanjang 9,2 Km. Pembuatan akses jalan yang membelah
hutan ini menelan biaya sebesar Rp 11,5 miliar dan memanfaatkan 11
hektar hutan lindung milik Kementerian Kehutanan RI.
“Pembanguna
relokasi ini dapat terlaksana karena keterlibatan dari berbagai
stakeholders. Pemerintah tidak mampu bekerja sendiri,” ujar Erry.
Pembangunan
rumah akan dilanjutkan untuk merelokasi penduduk yang berasal dari desa
Simacem dan Suka Meriah. Rumah-rumah yang dibangun dengan tipe 36 ini
berdiri atas dukungan tim gabungan yang terdiri dari masyarakat
pengungsi, masyarakat setempat, serta tenaga 495 prajurit TNI AD dari
Kodam I Bukit Barisan.
Total
jumlah rumah yang direncanakan dibangun adalah 2.053 yang secara
bertahap dilanjutkan tahun ini. Sedangkan jumlah pengungsi Sinabung yang
rencana akan direlokasi sebanyak 1.700 kepala keluarga (KK), terdiri
dari masyarakat yang berada di dalam radius 3 km, yaitu yang bermukim di
Kecamatan Payung (Desa Sukameriah) dan Kecamatan Naman Teran (Desa
Bekerah, Desa Simacem), dan masyarakat yang tinggal di luar radius 3 km
dari Kawah Gunung Sinabung dan berada di depan bukaan kawah, berpotensi
terancam oleh guguran lava dan luncuran awan panas, yaitu: Kecamatan
Payung (Desa Gurukinayan), Kecamatan Naman Teran (Desa Kutatonggal),
Kecamatan Simpang Empat (Desa Berastepu dan Dusun Sibintun serta Desa
Gamber). Sementara untuk lahan pertanian, telah disiapkan lahan di
Siosar seluas 416 hektar.
“Saya
berharap, mahasiswa juga turut melakukan sosialisasi agar warga yang
telah mendapat rumah di Siosar untuk menempati rumahnya. Informasi yang
saya terima, sejumlah warga enggan menempati rumah dengan alasan lokasi
jauh dari lahan pertanian warga,” harap Erry.
Selain
itu, Erry juga mengatakan, Sumut saat ini masih mengalami krisis
listrik berkepanjangan. Sejumlah pembangkit yang tersedia, tidak mampu
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Akibat, kerap terjadi pemadaman
secara bergilir oleh PT PLN (Persero) Wilayah Sumut.
Operasional
PLTA Asahan III diharapkan dapat mengurangi krisis listrik di Sumut,
setelah terkendala lebih dari 10 tahun terakhir. Izin pinjam pakai lahan
dari Kementerian Kehutanan sudah terbit pada 25 Juni 2015, sehinga
kendala utama dalam proses pembangunannya dengan ini sudah menampakkan
titik terang.
“Izin
Pinjam Pakai kawasan hutan sudah keluar, sehingga Pemerintah Provinsi
beserta Pemkab Tobasa dan Asahan akan segera membentuk Tim
Inventarissasi Pengusaan Pemilikan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
dalam Hutan (IP4T) yang nantinya di ketuai oleh BPN,” papar Erry.
Lebih
lanjut Erry mejelaskan, dalam kawasan hutan yang akan dibangun PLTA
Asahan III tersebut, terdapat 87 persen areal yang dikeluarkan
sertifikatnya oleh BPN.
“Perlu
diinventarisir apakah sertifikat tersebut keluar sebelum SK 44 tahun
2005. Apabila sebelum SK tersebut, maka Menhut akan merevisi izin pinjam
pakai kawasan yang dikeluarkan, jika ini selesai, PLN akan segera
melaksanaan pembangunan pembangkit Asahan III,” sebut Erry.
Dalam
kesempatan tersebut Erry juga menanggapi harapan mahasiswa agar Pemprov
Sumut mengusulkan kepada Pemerintah Pusat untuk mendapatkan pajak
perkebunan secara maksimal.
“Harapan
adik-adik mahasiswa akan kita bahas. Pemerintah Provinsi tentu akan
berfikir keras untuk memaksimalkan SDM dan SDA yang dimiliki demi
mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat,” jelas Erry.
Sementara
Ketua Pantia Berbuka Puasa Bersama mahasiswa dan BEM, Arie Sugarna
S.Sos mengatakan, acara tersebut merupakan agenda yang telah berlangsung
dalam 5 tahun terakhir sejak tahun 2011 hingga tahun 2015. Tidak
sekadar menjalin silaturahmi, acara berbuka puasa sekaligus dimanfaatkan
mahasiswa menyampaikan aspirasi.
“Buka
puasa tiap tahun adalah momentum yang baik untuk menyampaikan aspirasi.
Jika selama ini banyak kawan-kawan mahasiswa yang kesulitan
menyampaikan aspirasi, ini waktu yang baik dan selalu digunakan
kawan-kawan. Semua aspirasi hampir sebagian besar tentang persoalan
menyejahterakan rakyat dan roda pembangunan yang dinilai belum sesuai
dengan harapan,” sebut Arie. (red)
Posting Komentar
Posting Komentar