0
Kopda Eko Supriyanto Anggota Denhanud 474 Paskhas TNI AU menunjukkan rudal QW-3 yang kini menjadi salah satu senjata andalan TNI AU
GLOBAL SUMUT - Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU kini didukung oleh rudal QW-3 berikut radar Smart Hunter. Bagaimana keampuhan alutista tersebut menurut para penggunanya?

Dilihat sekilas, bentuk rudal QW-3 terlihat sangat sederhana. Bahkan saking sederhananya, bentuk senjata ini lebih menyerupai batang bambu petung. Senjata sepanjang dua meter ini juga dilengkapi dengan tali seperti layaknya tas gendong.

Tapi kesederhanaan itu ternyata menyimpan daya menghancur yang luar biasa. Rudal QW-3 buatan Tiongkok ini mampu menghancurkan pesawat apapun dalam jarak delapan kilometer. Paskhas TNI AU kini memiliki 100 unit rudal yang disebar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) 474 Paskhas yang bermarkas di Berbah, Sleman.

Salah satu prajurit yang piawai mengoperasikan rudal antipesawat itu adalah Kopral Dua (Kopda) Eko Supriyanto. Pria asal Kulonprogo itu telah menjadi penembak rudal dalam lima kali latihan gabungan TNI, seperti di Garut, Jawa Barat, di Palembang, Kupang dan Pacitan, Jawa Timur.

Ia mengakui, akurasi tembakan rudal QW-3 nyaris 99,99%. Itu dibuktikan dari pengalamannya menembak drone dengan ketinggian 3.000 meter berjarak sekitar empat kilometer. Objek flare yang dilepas dari helikopter saat latihan juga berhasil dihancurkan dengan jarak tiga kilometer. "Dari lima kali saya memakai, 99,99 persen semua tepat sasaran," ujar Kopda Eko saat ditemui Harian Jogja saat latihan, beberapa waktu lalu.

Sebagai penembak, Eko hanya langsung menggunakan. Soal pengisian misil telah dilakukan prajurit lain yang bertanggungjawab di arsenal (gudang). Daya luncur misil dituntun oleh infrared dengan mencari sasaran panas ground to air atau dari permukaan ke udara, namun tidak bisa dikecoh oleh flare pesawat musuh. Rudal dengan kecepatan 600 meter/detik menggunakan baterai sebagai daya peluncur. Baterai itu terletak di sisi depan tubuh rudal.

Eko biasa memanggul rudal itu di pundak kanan. Secara manual ia mencari sasaran dengan indera mata mengacu pada dua rangkaian sejenis indikator pembidik yang berada di bagian atas rudal. Bagian rudal berbentuk bundar berukuran kecil itu sekaligus menjadi penentu bahwa pesawat musuh sudah terkunci dengan baik atau siap tembak. "Jika lampu menyala, maka pesawat musuh sudah ter-lock 100 persen," ujarnya.

Dalam hal pertahanan udara, rudal satu unit seharga Rp1 miliar itu tidak sepenuhnya bisa bekerja sendiri. Rudal ini harus didukung oleh radar Smart Hunter. Perangkat itu terdiri atas pemancar radar, genset sebagai pembangkit listrik dan dua layar komputer pendeteksi. Layar satu berfungsi mendeteksi pesawat dan layar kedua sebagai fungsi transfer informasi kepada pembawa rudal. Prajurit Paskhas lainnya, Kopda Agus Riyanto, yang piawai mengoperasikan radar itu mengakui mampu mendeteksi pergerakan pesawat musuh pada ketinggian empat kilometer dan jarak 30 kilometer dari lokasi. Setelah mengetahui kecepatan pesawat, Agus merekomendasikan kepada penembak rudal atau dalam layar radar disebut dengan shooter.

"Saat pesawat musuh terdeteksi di ketinggian dan kecepatannya. Nanti saya langsung rekomendasi ke shooter yang terdekat melalui radio untuk menembak," ujar Agus sembari menunjukkan peralatannya.(Red)

Posting Komentar

Top