MEDAN
| GLOBAL SUMUT-Bertepatan dengan peringatan hari Kebangkitan Nasional,
20 Mei, Aliansi Sumut Bersatu (ASB) dan Aksi Indonesia Muda (AIM) Medan
menggelarfocus group discussion(FGD) dengan tema“Refleksi Enam Bulan
Pemerintahan Jokowi-JKdalam Meneguhkan Kebhinekaan
(VisiKe-9Jokowi-JKdalam Nawacita), bertempat diSekretariat Aliansi Sumut
Bersatu (ASB), Jln. Jamin Ginting Pasar VII No. 156Kec. Medan
SelayangKotaMedan.
FGD
ini diikuti oleh puluhan anak muda yang belajar dan berniat menjadi
agen-agen pluralisme di Sumatera Utara, khususnya kota Medan. Mereka
berasal dari beberapa komunitas, antara lainASBSumut, AIMMedan,
Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE), Cangkang Queen, Himpunan Mahasiswa
Langkat(Himala)USU,GMKI FISIP USU, HMI FISIP USU, FMN FISIP USU, Ikatan
Mahasiswa Administrasi Negara (IMDIAN) FISIP USU, Pers Mahasiswa Suara
USU, Pema FISIP USU, Politik FISIP USU, Gemar Belajar FH USU, IMADA
Sumut, IMAS USU, Gema Nias, LSM Martabat Sumut serta Menaranews Sumut
sebagai media partner. Kegiatan ini dipandu olehMartin Rambe, pendiri
dan KetuaAIMMedan.
FGD
inidibagi dalam 3 sesi, yaitu sesi pertama tentang Kebhinekaan, sesi
kedua tentang Refleksi Enam Bulan Pemerintahan Jokowi-JKdalam Meneguhkan
Kebhinekaan, dan sesi ketigaperumusanrekomendasi dari peserta FGD.
Seperti
diketahui,perspektif yang salahtentang minoritas dan mayoritas
banyakdipengaruhi oleh orang tuadan lingkungan. Stigma negatif terhadap
orang yang berbeda, baik dari segi suku, agama, golongan, bahkan
orientasi seksual, dalam masyarakat yang tidak menghargai
keragaman/kebhinekaan dapat memicu adanya intoleransi dan tindakan
kekerasan mayoritas pada minoritas.
Samson
Sihombing, dari LSM Martabat menyampaikan bahwa Jokowi-JK ketika
penyusunan visi misi pada pemilihan presiden secara jelas menulis bahwa
intoleransi merupakan satu dari tiga ancaman nyata terhadap disintegrasi
bangsa Indonesia. Atas dasar itu, Capres Jokowi menyusun Nawacita visi
misi pembangunannya, dimana dalam nawacita yang terakhir, pasangan yang
kemudian menjadi Presiden/Wakil Presiden ketujuh ini, menyatakan bahwa
penguatan toleransi terhadap minoritas dan merawat kebhinekaan sebagai
salah satu program utamanya.
FGD
ini berlangsung hangat dengan diskusi yang membahas sampai sejauh mana
Jokowi-JK mengimplementasikan janjinya perihal toleransi ini dalam 6
bulan pemerintahannya sekarang.
Ngesty,
pegiat kampanye pluralismemengatakanbahwaiaadalahsalah satu anggota
Jamaah Ahmadiah Indonesia (JAI)kota Medan, danseringkali mengalami
perlakukan yang diskriminatif dari banyak pihak
karena“perbedaan”yangdimilikinya. Ia tidak diterima oleh masyarakat yang
beragama Kristen maupun beragama Islam.Ngesty menilai bahwa sampai
sejauh ini, Jokowi-JK belum berbuat untuk membela kaum minoritas,
apalagi bila dikaitkan dengan masih berlakunya peraturan dua menteri
untuk pembangunan rumah ibadah.
“Saya
bersama dengan kak Wira sudah pernah turun langsung ke Pahae, disana
muslim sampai saat ini tidak diberi ijin oleh pemerintah setempat untuk
mendirikan mesjid, sementara di Binjai, umat Kristiani yang tidak bisa
membangun gereja HKBP,” ungkapnya.
Wira
mengamini peryataan Ngesty, selama 6 bulan pemerintahan Jokowi-JK
berjalan, katanya,memang terlalu dini untuk menyimpulkan kinerja mereka.
Namun, hingga saat ini tampak masih belum ada upaya yang dilakukan
pemerintah Jokowi-JK, sehingga dapat dikatakan bahwa pemerintah sat ini
melakukan pembiaran, padahal 6 bulan masa pemerintahan sudah cukup untuk
menghimpun data-data terkait kebhinekaan yang masih belum berjalan
dengan tepat.
Ditambah
lagi dengan persoalan belum adanya tindakan pemerintah terhadap media
yang memperkeruh suasana kondusif kebhinekaan saat ini. “Jelas terlihat,
koran sana berwajah apa, koran yang itu kiblatnya kemana. Ketika ada
salah satu umatnya terzolimi, maka media itu akan mengexplorenya
habis-habisan sehingga tidak jarang memicu kebencian dari pembaca yang
masih berpikiran sempit,” ujarnya.
Selain
masalah intoleransi antar umat beragama,Dikadari Komunitas LGBT
Sumut,menyatakanbahwakebhinekaan tidak hanya berkaitan dengan perbedaan
suku, agama, dan lain-lain, melainkan juga berkaitan dengan identitas
pilihan seksual. Hal inijugamemperkaya identitas kebhinekaan itu
sendiri.Dika berharap masyarakat dapat menghargai mereka yang berbeda
dari mayoritas umat manusia yang lain.
FGD
menghasilkan empatrekomendasi atau saran tindak terkait kebhinekaan.
Rekomendasi ini merupakan inti kesimpulandaripernyataan dan tanggapan
parapesertaFGD, antara lain :
1).Diskusi/sharingterkait
pendalaman isu-isu kebhinekaandan penguatan pluralisme yang bertujuan
memperkecil intoleransi akan diadakan lebih sering dan terjadwal.
2).Akan diadakan aksi bersamaturun ke jalan untukmengawalvisipemerintahan Jokowiyang memperkuatkebhinekaanIndonesia.
3).Pembuatan
petisi dengan mengumpulkan tanda tangan secara online, guna
mengingatkan Jokowi-JK perihal janjinya untuk merawat kebhinekaan.
4).Membuat
pernyataan sikap untuk mengingatkan pemerintahan
Jokowiperihalkebijakannya belum tepatterkait pencegahan intoleransi
antar mayoritas terhadap minoritas.(Alif-red)
Posting Komentar
Posting Komentar