MEDAN
| GLOBAL SUMUT-Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho, meminta
seluruh kepala daerah membuat forum-forum pertemuan secara periodik
untuk memberikan pencerahan dan masyarakat melindungi masyarakat dari
propaganda dan gerakan The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Hal
itu menjadi salah satu rekomendasi Rapat koordinasi yang mengambil tema
'Memantapkan Sinergi Pencegahan dan Penanggulangan Pergerakan ISIS di
Wilayah Sumut di Ruang Martabe, Kantor Gubsu, Kamis (7/5).
Gubsu
menekankan bahwa pertemuan menangkal propaganda ISIS di kabupaten/kota
melibatkan forum strategis, seperti FKUB (forum kerukunan umat
beragama), tokoh agama, masyarakat dan pemuda agar bisa membangun
kebersamaan dan mewaspadai hal-hal yang tidak diinginkan sejak dini.
"Sehingga, ancanaman bagi idielogi negara ini bisa secepatnya direspon,"
kata Gatot.
Rapat
koordinasi yang dihadiri ratusan orang ini dilakukan untuk menyampaikan
langkah-langkah antisipasif/pencegaham guna mengeliminir penyebaran
kelompok ISIS di Indonesia khususnya di Provinsi Sumut. Tampil sebagai
pembicara kunci dalam rapat ini, anggota Wantimpres Ahmad Hasyim Muzadi,
Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Pol Putut
Eko Bayuseno dan Direktur Pembinaan Kemampuan BNPT Mabes Polri Brigjen
Pol Rudi Sufahriadi.
Hadir
di acara ini Wakil Gubernur Sumtu Tengku Erry Nuradi, Ketua DPRD Sumut H
Ajib Shah, Kapolda Sumut Irjen Pol Eko Hadi Sutedjo, Kejati Sumut M
Yusni, Ketua MUI Sumut sejumlah Bupati dan Walikota Se-Sumut, serta
tokoh-tokoh mayyarakat, dan alim ulama.
KH
Hasyim Muzadi menyatakan, pemerintah bertanggungjawab melindungi
masyarakat dari propaganda dan gerakan ISIS. Caranya, pemerintah harus
melibatkan ulama untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Di lain
pihak, katanya, pemerintah juga diharapkan memberikan wawasan yang
lengkap kepada ulama. “Jadi, ulama tidak hanya memiliki ilmu tapi juga
wawasan. Dengan begitu, ulama bisa memberitahukan kepada umat tentang
amar makruf nahi munkar,” sebut Hasyim.
Dia
juga mengingatkan, agar bisa terhindar dari propaganda ISIS dan
radikalisme lainnya, umat harus memiliki tauhid dan beribadah yang benar
dengan memahami keislaman sesungguhnya serta berbuat baik.
Menurutnya,
umat Islam Indonesia harus mampu mawas diri agar tidak menjadi objek
permainan pihak asing yang ingin menghancurkan negeri ini. Karena,
kekerasan yang dilakukan umat Islam akan berakibat fatal dan memberikan
senjata bagi orang yang tidak suka untuk menjelek-jelekkan Islam. Selain
itu, kekerasan juga akan membuat orang salah dalam memahami Islam.
Mantan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Utama (PBNU) ini juga menilai,
sejauh ini perjuangan ISIS lari dari konsep Islam. Soalnya, kenyataannya
yang mereka bunuh adalah sesama Islam. Padahal, propagandanya mereka
memperjuangkan syariat Islam.
“Kalau
mereka menyerang Yahudi itu mungkin masih masuk akal, tapi kenyataannya
mereka menyerang kelompok sendiri. Gerakan radikalisme yang berpikir
membunuh karena ingin masuk surga, sementara salah satu syarat masuk
syurga dengan menyayangi anak yatim bukan memproduk yatim,” sebutnya.
Dia
menyitir Rasulullah dalam memimpin Kota Madinah. Ketika itu Rasul
membuat piagaman Madinah. Isi piagam tersebut, tidak saja memuat
persaudaraan terhadap sesama muslim, tapi juga mengakomodir umat agama
lain.
Direktur
Pembinaan Kemampuan BNPT Mabes Polri Brigjen Pol Rudi Sufahriadi
menyebutkan, sejauh ini sudah puluhan orang Indonesia yang mendapatkan
pelatihan militer dalam gerakan ISIS, kembali ke Indonesia. "Namun kita
bisa melakukan penindakan terhadap mereka. Soalnya, tidak payung
hukumnya. Tidak ada undang-undang yang mengatur itu. Sementara, untuk
membuat satu undang-undang membutuhkan waktu yang lama," sebutnya.
Kapolda
Sumut Irjen Pol Eko Sutedjo mengaku, sejauh ini di Sumut memang tidak
ada terdeteksi gerakan ISIS. Namun, embrio gerakan tersebut patut
diwaspadai. “Soalnya, propaganda yang mereka lakukan terbuka di berbagai
media. Upaya Polri dan instansi lintas sektor, terus memberikan
pemahaman agar masyarakat punya daya memilih yang benar.(ulfah)
Posting Komentar
Posting Komentar