BATU BARA | GLOBAL SUMUT-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batu Bara menyerahkan bantuan alat tangkap
ikan dan navigasi kepada nelayan tradisional di Kabupaten Batu Bara.
Bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat nelayan.
Bantua diserahkan secara simbolis oleh Wagub Sumatera Utara (Sumut) Tengku Erry Nuradi dan Bupati Batu Bara OK Arya Zulkarnaen kepada perwakilan kelompok nelayan tradisonal yang berlangsung di Pelabuhan Perikanan Pagurawan, Kecamatan Medang Deras, Batu Bara, Senin (13/10/2014) kemarin.
Turut dalam acara tersebut Kepala Dinas (Kadis) Perikanan dan Kelautan Jhoni Waldin, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumut E Marbun, isteri Wagub yang juga selaku mantan anggota DPRD Sumut Evi Diana, sejumlah SKPD Batu Bara dan tokoh masyarakat Kecamatan Medang Deras.
Alat yang diserahkan berupa alat navigasi Global Position System (GPS) sebanyak 40 unit, alat deteksi keberadaan ikan (fish finder), pukat layang 50 pasang, pukat pasang, kapal ikan lengkap dengan alat tangkap 7 unit dan alat pengolahan ikan 10 set untuk 10 kelompok nelayan.
Dalam kesempatan tersebut, Wagub Sumut mengatakan, sebagian besar nelayan tradisional belum menggunakan alat navigasi dalam mencari ikan di laut. Akibatnya, sejumlah nelayan tidak dapat mengetahui posisi hingga mesuk ke perairan negara tetangga.
“Sebagian yang masuk tanpa sengaja, ada yang ditangkap Polisi Perairan Di Raja Malaysia. Kemudian mendapat sanksi hukum. Hal ini tidak boleh terjadi lagi. Nelayan harus hati-hati dalam mencari nafkah di laut. Jangan sampai masuk wilayah perairan Malaysia,” harap Erry.
Erry juga berharap, nelayan tidak hanya mendapat bantuan alat tangkap ikan dan navigasi, tetapi juga dibarengi memperoleh pembekalan keahlian dalam mencari ikan. Tujuannya untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan nelayan dan keluarga.
“Indonesia kaya akan hasil laut. Tetapi nelayan hidup di bawah garis kemiskinan. Ini menjadi pertanyaan besar bagi kita. Layaknya, dengan kekayaan hasil laut itu, kehidupan nelayan jauh lebih baih dari sekarang,” papar Erry.
Menurut Erry, salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan adalah dengan memberikan pengetahuan dan keahlian pengolahan ikan untuk menghasilkan daya jual yang lebih baik.
“Jika selama ini ikan hasil tangkapan nelayan langsung dijual, sudah saat kita fikirkan mengolah hasil tangkapan itu menjadi produk bernilai ekonomis tinggi. Proses pengolahan itu akan meningkatkan daya jual. Hasilnya tentu akan mendongkrak kehidupan keluarga nelayan,” sebut Erry.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut juga memiliki perhatian khusus terhadap nelayan tradisional. Salah satu perhatian yang diberikan adalah polis asuransi kepada 2.200 nelayan tradisional yang tersebar di pantai timur dan barat Sumatera.
“Asuransi meliputi asuransi kesehatan dan kecelakaan. Pemerintah Provinsi terus berupaya menjalankan program dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan,” ucap Erry.
Sementara Bupati Batu Bara OK Arya Zulkarnaen mengatakan, salah satu kendala yang dihadapi nelayan tradisional adalah mencari lokasi ikan. Selama ini nelayan hanya menggunakan keahlian secara turun temurun berdasarkan tanda alam.
“Dengan adanya fish finder, nelayan akan mengetahui dimana posisi ikan, karena dapat terdeteksi dari sonar fish finder. Manfaat lain, nelayan tidak lagi menghabiskan bahan bakar mengelilingi sejumlah lokasi untuk mencari ikan. Cukup pantau, kemudian lempar pukat. Alat ini membantu efisiensi waktu dan BBM nelayan,” sebut OK.
Kadis Perikanan dan Kelautan Sumut Jhoni Waldin mengatakan, pukat layang merupakan pengganti pukat Trawl mini yang masih digunakan para nelayan dapam mencari ikan. Penggunaan pukat trawl dilarang karena dapat merusak terumbu karang. Begitu juga bantuan pukat pakang sebagai pengganti pukat gerandong yang dapat merusak biota laut.
“Penggunaan pukat juga menjadi perhatian. Laut kaya akan hasil ikan, tetapi juga harus diperhatikan kesinambungan dan kelestarian ekosistem laut demi generasi mendatang. Kalau ekosistem laut rusak, nelayan juga yang akan merasakan dampaknya. Hasil tangkapan juga akan berkurang,” jelas Jhoni. (red)
Bantua diserahkan secara simbolis oleh Wagub Sumatera Utara (Sumut) Tengku Erry Nuradi dan Bupati Batu Bara OK Arya Zulkarnaen kepada perwakilan kelompok nelayan tradisonal yang berlangsung di Pelabuhan Perikanan Pagurawan, Kecamatan Medang Deras, Batu Bara, Senin (13/10/2014) kemarin.
Turut dalam acara tersebut Kepala Dinas (Kadis) Perikanan dan Kelautan Jhoni Waldin, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumut E Marbun, isteri Wagub yang juga selaku mantan anggota DPRD Sumut Evi Diana, sejumlah SKPD Batu Bara dan tokoh masyarakat Kecamatan Medang Deras.
Alat yang diserahkan berupa alat navigasi Global Position System (GPS) sebanyak 40 unit, alat deteksi keberadaan ikan (fish finder), pukat layang 50 pasang, pukat pasang, kapal ikan lengkap dengan alat tangkap 7 unit dan alat pengolahan ikan 10 set untuk 10 kelompok nelayan.
Dalam kesempatan tersebut, Wagub Sumut mengatakan, sebagian besar nelayan tradisional belum menggunakan alat navigasi dalam mencari ikan di laut. Akibatnya, sejumlah nelayan tidak dapat mengetahui posisi hingga mesuk ke perairan negara tetangga.
“Sebagian yang masuk tanpa sengaja, ada yang ditangkap Polisi Perairan Di Raja Malaysia. Kemudian mendapat sanksi hukum. Hal ini tidak boleh terjadi lagi. Nelayan harus hati-hati dalam mencari nafkah di laut. Jangan sampai masuk wilayah perairan Malaysia,” harap Erry.
Erry juga berharap, nelayan tidak hanya mendapat bantuan alat tangkap ikan dan navigasi, tetapi juga dibarengi memperoleh pembekalan keahlian dalam mencari ikan. Tujuannya untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan nelayan dan keluarga.
“Indonesia kaya akan hasil laut. Tetapi nelayan hidup di bawah garis kemiskinan. Ini menjadi pertanyaan besar bagi kita. Layaknya, dengan kekayaan hasil laut itu, kehidupan nelayan jauh lebih baih dari sekarang,” papar Erry.
Menurut Erry, salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan adalah dengan memberikan pengetahuan dan keahlian pengolahan ikan untuk menghasilkan daya jual yang lebih baik.
“Jika selama ini ikan hasil tangkapan nelayan langsung dijual, sudah saat kita fikirkan mengolah hasil tangkapan itu menjadi produk bernilai ekonomis tinggi. Proses pengolahan itu akan meningkatkan daya jual. Hasilnya tentu akan mendongkrak kehidupan keluarga nelayan,” sebut Erry.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut juga memiliki perhatian khusus terhadap nelayan tradisional. Salah satu perhatian yang diberikan adalah polis asuransi kepada 2.200 nelayan tradisional yang tersebar di pantai timur dan barat Sumatera.
“Asuransi meliputi asuransi kesehatan dan kecelakaan. Pemerintah Provinsi terus berupaya menjalankan program dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan,” ucap Erry.
Sementara Bupati Batu Bara OK Arya Zulkarnaen mengatakan, salah satu kendala yang dihadapi nelayan tradisional adalah mencari lokasi ikan. Selama ini nelayan hanya menggunakan keahlian secara turun temurun berdasarkan tanda alam.
“Dengan adanya fish finder, nelayan akan mengetahui dimana posisi ikan, karena dapat terdeteksi dari sonar fish finder. Manfaat lain, nelayan tidak lagi menghabiskan bahan bakar mengelilingi sejumlah lokasi untuk mencari ikan. Cukup pantau, kemudian lempar pukat. Alat ini membantu efisiensi waktu dan BBM nelayan,” sebut OK.
Kadis Perikanan dan Kelautan Sumut Jhoni Waldin mengatakan, pukat layang merupakan pengganti pukat Trawl mini yang masih digunakan para nelayan dapam mencari ikan. Penggunaan pukat trawl dilarang karena dapat merusak terumbu karang. Begitu juga bantuan pukat pakang sebagai pengganti pukat gerandong yang dapat merusak biota laut.
“Penggunaan pukat juga menjadi perhatian. Laut kaya akan hasil ikan, tetapi juga harus diperhatikan kesinambungan dan kelestarian ekosistem laut demi generasi mendatang. Kalau ekosistem laut rusak, nelayan juga yang akan merasakan dampaknya. Hasil tangkapan juga akan berkurang,” jelas Jhoni. (red)
Posting Komentar
Posting Komentar