MEDAN |
GLOBAL SUMUT- PT Pertamina (Persero) mulai mengkonversi bahan bakar pada mobil
tangki BBM dari Solar non subsidi ke LNG sebagai bentuk nyata pelaksanaan
program konversi BBM ke gas. Dengan konversi ini maka didapatkan efisiensi biaya
bahan bakar sebanyak 42.000 KL per tahun yang setara dengan Rp280 miliar per
tahun.
Dimulainya program konversi ini ditandai dengan peresmian pemanfaatan LNG sebagai bahan bakar mobil tangki Pertamina di Terminal BBM Balikpapan oleh Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya.
Hanung Budya mengatakan dalam upaya mendukung implementasi bauran energi sebagaimana diputuskan dalam Perpres No.05 tahun 2006, Pertamina memandang perlunya pelaksanaan konversi BBM ke gas di segala lini, termasuk kepada mobil tangki BBM Pertamina yang selama ini masih menggunakan Solar non subsidi. Setelah dilakukan berbagai uji coba, tuturnya, Pertamina berkesimpulan bahwa penggunaan LNG sangat tepat untuk mobil tangki BBM.
“Dari hasil uji coba dengan kombinasi 43% Solar dan 57% LNG, dihasilkan efisiensi di atas 14% jika dibandingkan dengan penggunaan Solar 100%. Ini sangat menggembirakan dan kami berkomitmen untuk memperluas pelaksanaan program ini ke seluruh mobil tangki BBM berukuran besar milik Pertamina,” terangnya.
Dalam uji coba tersebut, Pertamina telah memasang conversion kit pada 5 mobil tangki dengan menggunakan dual fuel system. Selain itu, Pertamina melakukan pengadaan ISO tank LNG serta pembangunan sarana pengisian LNG di Terminal BBM Balikpapan.
Hanung mengatakan terdapat sekitar 2.100 mobil tangki di bawah pengelolaan anak perusahaan yang dapat dikonversi bahan bakarnya ke LNG. Jika seluruh mobil tangki tersebut berhasil dikonversi, maka total penghematan biaya bahan bakar mobil tangki BBM bisa mencapai Rp280 miliar per tahun.
“Solar yang dapat dihemat mencapai sekitar 3.500 KL per bulan. Penghematan tersebut bisa bertambah apabila komposisi LNG dalam dual fuel mix lebih besar. Kami dalam waktu dekat juga akan melakukan uji coba penggunaan LNG 100%,” ungkapnya.
Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto mengungkapkan pada tahap awal pasokan LNG untuk program konversi ini bersumber dari PT Badak NGL yang berkolaborasi dengan anak perusahaan Pertamina yang bergerak di sektor gas lainnya, yaitu PT Pertagas dan PT Nusantara Regas. Dia mengatakan LNG memang cocok digunakan untuk heavy duty vehicles, seperti mobil tangki BBM, truk dan alat berat pertambangan serta truk besar untuk jarak tempuh yang jauh.
Indonesia, tuturnya, akan sangat diuntungkan apabila program yang diinisiasi Pertamina dan terbukti sangat positif ini dapat pula dilaksanakan pada kendaraan sejenis oleh perusahaan-perusahaan. Sejauh ini, katanya, Pertamina telah melaksanakan program pilot project penggunaan LNG sebagai bahan bakar alat berat dan angkutan pertambangan bekerjasama dengan Indominco Mandiri dan Berau Coal.
Apabila inisiatif Pertamina ini diterapkan pada kendaraan-kendaraan berat lainnya, maka dampaknya akan sangat positif dalam mengurangi ketergantungan Indonesia akan impor Solar. Pertamina memproyeksikan penggunaan LNG pada sektor transportasi dan alat berat bisa mencapai 0,4 juta ton per tahun pada 2015 dan mencapai 1,3 juta ton per tahun pada 2019 yang digunakan oleh kendaraan berat tambang, perkebunan dan bus jarak jauh. Jumlah tersebut tentunya akan meningkat jika angkutan kereta api dan juga kapal laut juga menggunakan LNG. Dengan jumlah penggunaan LNG tersebut maka volume BBM jenis diesel yang dapat dikurangi bisa mencapai 0,9 juta kiloliter pada 2015 dan sekitar 3 juta kiloliter pada 2019.
Penggunaan LNG untuk bahan bakar moda transportasi memiliki beberapa keunggulan, selain lebih efisien juga ramah lingkungan karena emisi gas buangnya lebih kecil dibandingkan dengan Solar. Terlebih, tingkat keamanan penggunaan LNG juga sangat terjamin karena disimpan dalam tekanan normal.(red)
Dimulainya program konversi ini ditandai dengan peresmian pemanfaatan LNG sebagai bahan bakar mobil tangki Pertamina di Terminal BBM Balikpapan oleh Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya.
Hanung Budya mengatakan dalam upaya mendukung implementasi bauran energi sebagaimana diputuskan dalam Perpres No.05 tahun 2006, Pertamina memandang perlunya pelaksanaan konversi BBM ke gas di segala lini, termasuk kepada mobil tangki BBM Pertamina yang selama ini masih menggunakan Solar non subsidi. Setelah dilakukan berbagai uji coba, tuturnya, Pertamina berkesimpulan bahwa penggunaan LNG sangat tepat untuk mobil tangki BBM.
“Dari hasil uji coba dengan kombinasi 43% Solar dan 57% LNG, dihasilkan efisiensi di atas 14% jika dibandingkan dengan penggunaan Solar 100%. Ini sangat menggembirakan dan kami berkomitmen untuk memperluas pelaksanaan program ini ke seluruh mobil tangki BBM berukuran besar milik Pertamina,” terangnya.
Dalam uji coba tersebut, Pertamina telah memasang conversion kit pada 5 mobil tangki dengan menggunakan dual fuel system. Selain itu, Pertamina melakukan pengadaan ISO tank LNG serta pembangunan sarana pengisian LNG di Terminal BBM Balikpapan.
Hanung mengatakan terdapat sekitar 2.100 mobil tangki di bawah pengelolaan anak perusahaan yang dapat dikonversi bahan bakarnya ke LNG. Jika seluruh mobil tangki tersebut berhasil dikonversi, maka total penghematan biaya bahan bakar mobil tangki BBM bisa mencapai Rp280 miliar per tahun.
“Solar yang dapat dihemat mencapai sekitar 3.500 KL per bulan. Penghematan tersebut bisa bertambah apabila komposisi LNG dalam dual fuel mix lebih besar. Kami dalam waktu dekat juga akan melakukan uji coba penggunaan LNG 100%,” ungkapnya.
Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto mengungkapkan pada tahap awal pasokan LNG untuk program konversi ini bersumber dari PT Badak NGL yang berkolaborasi dengan anak perusahaan Pertamina yang bergerak di sektor gas lainnya, yaitu PT Pertagas dan PT Nusantara Regas. Dia mengatakan LNG memang cocok digunakan untuk heavy duty vehicles, seperti mobil tangki BBM, truk dan alat berat pertambangan serta truk besar untuk jarak tempuh yang jauh.
Indonesia, tuturnya, akan sangat diuntungkan apabila program yang diinisiasi Pertamina dan terbukti sangat positif ini dapat pula dilaksanakan pada kendaraan sejenis oleh perusahaan-perusahaan. Sejauh ini, katanya, Pertamina telah melaksanakan program pilot project penggunaan LNG sebagai bahan bakar alat berat dan angkutan pertambangan bekerjasama dengan Indominco Mandiri dan Berau Coal.
Apabila inisiatif Pertamina ini diterapkan pada kendaraan-kendaraan berat lainnya, maka dampaknya akan sangat positif dalam mengurangi ketergantungan Indonesia akan impor Solar. Pertamina memproyeksikan penggunaan LNG pada sektor transportasi dan alat berat bisa mencapai 0,4 juta ton per tahun pada 2015 dan mencapai 1,3 juta ton per tahun pada 2019 yang digunakan oleh kendaraan berat tambang, perkebunan dan bus jarak jauh. Jumlah tersebut tentunya akan meningkat jika angkutan kereta api dan juga kapal laut juga menggunakan LNG. Dengan jumlah penggunaan LNG tersebut maka volume BBM jenis diesel yang dapat dikurangi bisa mencapai 0,9 juta kiloliter pada 2015 dan sekitar 3 juta kiloliter pada 2019.
Penggunaan LNG untuk bahan bakar moda transportasi memiliki beberapa keunggulan, selain lebih efisien juga ramah lingkungan karena emisi gas buangnya lebih kecil dibandingkan dengan Solar. Terlebih, tingkat keamanan penggunaan LNG juga sangat terjamin karena disimpan dalam tekanan normal.(red)
Posting Komentar
Posting Komentar