MEDAN | GLOBAL SUMUT-Dampak buruk pemilu Caleg priode 2014-2019 masih menghantui masyarakat. Kali
ini korbannya ratusan guru Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) se-Kota Medan. Sabtu
(21/6/2014).
Ratusan guru MDA itu
terancam gagal terima bantuan dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) kota Medan
(sumber dana APBD kota Medan Tahun Anggaran 2013, Rp. 7,2 Miliar-red),
alasannya SK Walikota Medan yang menetapkan bantuan tak boleh ganda. Anehnya tidak
ada edaran SK Walikota Medan yang dimaksud.
Sebelum pesta pemilu
Legislatif berlangsung, ratusan calon penerima bantuan DMI dikumpulkan di balai
Kelurahan Tanjung Mulia untuk mengikuti arahan DMI. Turut hadir dalam acara
tersebut AP (anggota DPRD Medan/Caleg gagal-red), M.Y (anggota DPRD Medan/caleg
berhasil-red) dan didampingi sejumlah pengurus DMI kota Medan.
Pertemuan itu menjelaskan
bagaimana perjuangan AP untuk mendapatkan bantuan bagi guru Maghrib Mengaji,
hingga akhirnya perjuangan AP berhasil. Pertemuan yang tanpa menyebutkan SK
Walikota Medan tersebut berlanjut dengan membuka rekening Bank dan menyerahkan
pas photo melalui kantor KUA setempat. Tak lupa daftar hadir ratusan calon
penerima bantuan harus dibubuhkan nomor hand phone yang dihubungi minta
dukungan saat pesta legislatif berlangsung.
Selanjutnya caleg DPRD Medan dari parpol yang sama mengundang ratusan guru-guru MDA untuk hadir di asrama Haji Medan. Seperti biasa, disamping kepentingan guru-guru caleg tersebut mengkampanyekan dukungan terhadap dirinya.
Hasil perolehan suara
pemilu legislatif membuktikan pemenang dari partai yang sama caleg yang
mengundang guru MDA di asrama Haji Medan, akibatnya data guru MDA yang tercatat
sebagai calon penerima bantuan guru Maghrib Mengaji diotak atik, dan akan digagalkan.
Modus penggagalan
dijalankan kaki tangan oknum pengurus DMI kota Medan. Semua guru-guru MDA kota
Medan dihubungi dan menanyakan bantuan yang diterima. Rencananya batuan DMI
untuk ratusan guru MDA yang sudah buka rekening bank digagalkan, sedangkan
bilal jenazah, Nazir Masjid, dan penggali qubur yang juga calon penerima
bantuan DMI kota Medan dalam posisi aman.
“Kami dihubungi pihak DMI kota Medan saat pemilu legislatif berlangsung, mereka minta dukungan untuk AP. Jangan gara-gara dia (AP-red) kalah, lalu kami dihukum. Jika kami digagalkan maka ratusan guru-guru MDA se-kota Medan siap melakukan aksi damai”. Kata EH pada globalsumut.
Sementara bilal jenazah RS pada globalsumut mengaku tidak pernah dihubungi pihak DMI kota Medan. Menurutnya semua itu terkait menghadiri undangan caleg di asrama Haji kemaren. “Bilal jenazah, Nazir Masjid, dan penggali qubur yang juga calon penerima bantuan Maghrib Mengaji tidak ada dihubungi pihak DMI kota Medan. Saya dapat bocoran, guru-guru MDA yang bakal digagalkan itu karena hadiri undangan caleg di asrama Haji kemaren”. Kata RS.
Oknum yang mengaku anggota
DMI kota Medan yang juga ngaku aktivis Syafrizal Harahap ketika dikonfirmasi
globalsumut melalui telepon selularnya (085360113210), Sabtu (21/6/2014) tidak
membantah. “Dia itulah (caleg yang ngundang guru MDA di asrama Haji Medan-red)
yang mebuat kacau bang. Sebenarnya calon penerima bantuan Maghrib Mengaji
melebihi kouta, maka kita akan melakukan pendataan ulang untuk menguranginya.
Sesuai SK Walikota Medan, maka calon penerima bantuan yang sudah menerima
bantuan sebelumnya akan dibatalkan”. Kata Syafrizal.
Ketika ditanya bilal
jenazah, Nazir Masjid, da Penggali Qubur Syafrizal mengelak. “Itu bukan kami
yang mendatanya ulang, bisa saja kepala lingkungan masing-masing”, elak
Syafrizal yang belakangan ngaku belum melihat SK yang dimaksud. [mn/bu].
Posting Komentar
Posting Komentar