DELI SERDANG | GLOBAL SUMUT
- Untuk melestarikan lingkungan pantai, Ketua
Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Sumatera Utara (Sumut)
Sutias Handayani bersama civitas akademika Universitas Negeri Medan (Unimed)
melakukan penanaman bakau (mangrove) di pantai Desa Tanjung Rejo, Percut
Seituan, Deliserdang, Sabtu (24/5/2014). Selain menanam bakau, Sutias juga
menginisiasi pelepasliaran burung-burung migran yang dapat memperkaya mata
rantai ekosistem pantai.
Penanaman mangrove dan pelepasan burung migran akan membuat ekosistem pantai Percut Seituan semakin lestari. Hutan bakau selain dapat mencegah abrasi juga bermanfaat untuk berkembangbiaknya segala jenis ikan. Sehingga masyarakat pantai akan merasakan dampak positif ekosistem yang terjaga.
Karena besarnya manfaat hutan bakau dan burung migran, Sutias mengimbau masyarakat ikut berperan dalam pelestariannya. Kelestarian hutan bakau dan burung migran harus menjadi tanggjungjawab bersama dan bukan hanya pemerintah saja.
Penanaman pohon bakau dan pelepasan burung migran sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat ini dilakukan Sutias bersama Rektor Unimed Prof Ibnu Hajar, Ketua Lembaga Pemberdayaan Sosial Keluarga (LPSK) Bunga Teratai Wilayah Sumut Ir Erliyanto Harahap, mewakili Kapolda Sumut, mewakili Danlantamal I Belawan, serta Bank Mandiri dan Bank Mestika di pantai Desa Tanjung Rejo.
Selain melakukan penanaman Bakau, Ketua BK3S yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Sumut ini juga menyematkan Pin Peduli Lingkungan kepada para peserta gerakan cinta lingkungan pantai.
"Kiita harus sama-sama menjaga mangrove ini dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Apa yang kita tanam ini harus dapat terus tumbuh dan berkembang dengan baik. Dan tentunya dimasa masyarakat juga yang akan merasakan manfaatnya," ajak Sutias.
Ketua panitia program pelestarian hutan manggrove dan burung mingran serta pemberdayaan ekonomi masyarakat Prof Suharta mengapresiasi gerakan cinta lingkungan ini. Namun Suharta juga menekankan agar gerakan lingkungan semacam ini tidak sekadar seremonial tapi juga wajib berkelanjutan dan menyebar jadi gerakan yang penuh kesadaran.
"Ini baru titik awal, selanjutnya masyarakat harus terlibat aktif. Penanaman perdana mangrove harus bisa mengembalikan hutan mangrove yang bisa menjadi lokasi wisata mangrove serta melestarikan burung mingran yang bermanfaat bagi ekosistem pantai," kata Suharta.
Pada tahap pertama tersebut, Sutias dan Unimed mulai pencanangan penanaman bakau di areal seluas 4 hektar. Areal ini akan dibagi sebanyak 20 kapling dimana tiap kapling menjadi tanggungjawab sekolah, perguruan tinggi atau instansi tertentu yang setiap tahunnya akan dinilai untuk memperebutkan piala bergilir Rektor Unimed.
Saat ini Unimed diberikan hak oleh Desa Tanjungrejo untuk mengolah lahan pantai seluas 60 hektar. Namun hal ini bisa bertambah lagi karena Kepala Dusun VII kembali menawarkan kepada Unimed untuk mengolah lahan pantai seluas 100 hektar lagi. Masyarakat berharap lahan hutan bakau yang ada saat ini kembali tumbuh subur dan memberikan manfaat bagi warga.
Berdasarkan penelitian, setiap tahun pantai Desa Tanjung Rejo di bulan-bulan tertentu didatangi ribuan burung migran dari Eropa. Kondisi ini memberikan manfaat bagi ekosistem pantai dan para nelayan, namun akhir-akhir ini kerusakan hutan bakau mulai mengusik jadwal kehadiran burung-burung migran yang singgah sebelum melanjutkan perjalanan menuju Australia yang bersuhu hangat.
Oleh karena itu, program pelestarian hutan mangrove dan burung migran serta pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dikoordinasi oleh Unimed ini sangat penting untuk didukung secara penuh oleh berbagai instansi baik pemerintah dan swasta.
"Kerjasama yang saling sinergis merupakan kunci keberhasilan prOgram ini," Kata Rektor Unimed Ibnu Hajar.
Usai melakukan penanaman pohon bakau di pinggir pantai desa Tanjung Rejo, serta pelepasan burung di sekitar pantai, Sutias Handayani melakukan peninjauan lahan sekitar pantai yang ditanami pohon bakau. Di tengah lahan yang berlumpur, Sutias sangat antusias menanam bakau bersama para mahasiswa Unimed, pelajar dari SMA, MA, dan SMK dari berbagai Kota dan Kabupaten juga para prajurit TNI Angkatan Laut, Kepolisian, Dosen, Guru serta pegawai swasta yang berjumlah hampir 900 orang.
Mereka juga meninjau lokasi penangkaran burung yang belokasi tak jauh dari lokasi penenaman pohon mangrove. Di tempat ini rombongan langsung melihat berbagai jenis burung yang hidup bebas di kawasan terpelihara kelestaraian hutannya
Penanaman mangrove dan pelepasan burung migran akan membuat ekosistem pantai Percut Seituan semakin lestari. Hutan bakau selain dapat mencegah abrasi juga bermanfaat untuk berkembangbiaknya segala jenis ikan. Sehingga masyarakat pantai akan merasakan dampak positif ekosistem yang terjaga.
Karena besarnya manfaat hutan bakau dan burung migran, Sutias mengimbau masyarakat ikut berperan dalam pelestariannya. Kelestarian hutan bakau dan burung migran harus menjadi tanggjungjawab bersama dan bukan hanya pemerintah saja.
Penanaman pohon bakau dan pelepasan burung migran sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat ini dilakukan Sutias bersama Rektor Unimed Prof Ibnu Hajar, Ketua Lembaga Pemberdayaan Sosial Keluarga (LPSK) Bunga Teratai Wilayah Sumut Ir Erliyanto Harahap, mewakili Kapolda Sumut, mewakili Danlantamal I Belawan, serta Bank Mandiri dan Bank Mestika di pantai Desa Tanjung Rejo.
Selain melakukan penanaman Bakau, Ketua BK3S yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Sumut ini juga menyematkan Pin Peduli Lingkungan kepada para peserta gerakan cinta lingkungan pantai.
"Kiita harus sama-sama menjaga mangrove ini dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Apa yang kita tanam ini harus dapat terus tumbuh dan berkembang dengan baik. Dan tentunya dimasa masyarakat juga yang akan merasakan manfaatnya," ajak Sutias.
Ketua panitia program pelestarian hutan manggrove dan burung mingran serta pemberdayaan ekonomi masyarakat Prof Suharta mengapresiasi gerakan cinta lingkungan ini. Namun Suharta juga menekankan agar gerakan lingkungan semacam ini tidak sekadar seremonial tapi juga wajib berkelanjutan dan menyebar jadi gerakan yang penuh kesadaran.
"Ini baru titik awal, selanjutnya masyarakat harus terlibat aktif. Penanaman perdana mangrove harus bisa mengembalikan hutan mangrove yang bisa menjadi lokasi wisata mangrove serta melestarikan burung mingran yang bermanfaat bagi ekosistem pantai," kata Suharta.
Pada tahap pertama tersebut, Sutias dan Unimed mulai pencanangan penanaman bakau di areal seluas 4 hektar. Areal ini akan dibagi sebanyak 20 kapling dimana tiap kapling menjadi tanggungjawab sekolah, perguruan tinggi atau instansi tertentu yang setiap tahunnya akan dinilai untuk memperebutkan piala bergilir Rektor Unimed.
Saat ini Unimed diberikan hak oleh Desa Tanjungrejo untuk mengolah lahan pantai seluas 60 hektar. Namun hal ini bisa bertambah lagi karena Kepala Dusun VII kembali menawarkan kepada Unimed untuk mengolah lahan pantai seluas 100 hektar lagi. Masyarakat berharap lahan hutan bakau yang ada saat ini kembali tumbuh subur dan memberikan manfaat bagi warga.
Berdasarkan penelitian, setiap tahun pantai Desa Tanjung Rejo di bulan-bulan tertentu didatangi ribuan burung migran dari Eropa. Kondisi ini memberikan manfaat bagi ekosistem pantai dan para nelayan, namun akhir-akhir ini kerusakan hutan bakau mulai mengusik jadwal kehadiran burung-burung migran yang singgah sebelum melanjutkan perjalanan menuju Australia yang bersuhu hangat.
Oleh karena itu, program pelestarian hutan mangrove dan burung migran serta pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dikoordinasi oleh Unimed ini sangat penting untuk didukung secara penuh oleh berbagai instansi baik pemerintah dan swasta.
"Kerjasama yang saling sinergis merupakan kunci keberhasilan prOgram ini," Kata Rektor Unimed Ibnu Hajar.
Usai melakukan penanaman pohon bakau di pinggir pantai desa Tanjung Rejo, serta pelepasan burung di sekitar pantai, Sutias Handayani melakukan peninjauan lahan sekitar pantai yang ditanami pohon bakau. Di tengah lahan yang berlumpur, Sutias sangat antusias menanam bakau bersama para mahasiswa Unimed, pelajar dari SMA, MA, dan SMK dari berbagai Kota dan Kabupaten juga para prajurit TNI Angkatan Laut, Kepolisian, Dosen, Guru serta pegawai swasta yang berjumlah hampir 900 orang.
Mereka juga meninjau lokasi penangkaran burung yang belokasi tak jauh dari lokasi penenaman pohon mangrove. Di tempat ini rombongan langsung melihat berbagai jenis burung yang hidup bebas di kawasan terpelihara kelestaraian hutannya
Posting Komentar
Posting Komentar