SEMARANG | GLOBAL SUMUT -
Subandi, satpam di sebuah perumahan tewas setelah terpeleset di laut selatan,
tepatnya di Gua Langse, Pantai Selatan, Desa Giricahyo Kecamatan Purwosari,
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu 2 Maret 2014. Ia pergi ke Gua
Langse untuk menemani beberapa orang, salah satunya caleg asal Partai Keadilan
dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Istri Subandi, Sri Lestariningsih, mengaku tidak tahu suaminya pergi untuk melakukan ritual di tempat itu. Bahkan Sri mengatakan Subandi tidak berpamitan seperti biasanya ketika meninggalkan rumah.
"Sebelum berangkat itu tidak sakit, tapi mungkin di sana kondisinya jadi kurang fit dan terpeleset," kata Sri Lestariningsih, Senin (3/2/2014) saat pemakaman jenasah suaminya.
Sementara menantu Subandi, Iwan Agus, yang ikut ke lokasi untuk mengevakuasi jenasah mertuanya mengatakan hanya menemukan mobil dan sopir yang menjemput Subandi.
"Di sana cuma ada sopir mobilnya, tidak kenal siapa," katanya.
Saat Subandi berangkat, Iwan mengaku sempat melihat ada dua mobil menjemput, satu mobil berisi laki-laki, perempuan, dan seorang anak. Sementara mobil lainnya berisi sejumlah orang, salah satunya Yayuk (45), korban yang mengalami luka dalam peristiwa itu.
"Ada dua mobil, satu ada bapak, ibu dan anak. Satu mobil lain tidak terlalu tahu, tapi ada mbaknya (Yayuk). Bapak (Subandi) sama rombongan yang ada mbaknya itu," kata Iwan.
Menurut informasi Subandi mengikuti ritual di Gua Langse, sekaligus untuk menemani seorang caleg yang mengikuti ritual disana. Caleg bernama Lambok M Sinaga, caleg DPRD Kota Semarang dari PKPI Dapil Semarang Barat dan Semarang Selatan.
Dihubungi melalui telepon selulernya, Lambok membenarkan bahwa ia memang pergi ke Gua Langse untuk melakukan ritual. Namun ia menolak jika dianggap sebagai orang yang memiliki ide. Menurutnya, ada rombongan lain yang datang dengan mobil yang berbeda. Ia mengaku hanya ikut rombongan dan bukan sebagai pemimpin rombongan.
"Saya peserta biasa, bukan ketua rombongan. Diajak om Bandi (Subandi), terus berangkat hari Minggu, saya ikut aja," kata Lambok lewat telepon selulernya.
Saat berangkat, Lambok satu mobil dengan keluarganya dan mengaku tidak kenal rombongan yang ada di dalam mobil lainnya. Namun ia membenarkan, kepergiannya ke gua itu untuk memohon sesuatu agar dikabulkan.
"Ya saya gitu-gitu, di sana ngomong mintanya apa, cita-citanya apa. Itu baru pertama kali sih yang saya ikut. Mereka melakukan ritual itu, tapi tidak kenal siapa mereka," kata Lambok.
Anehnya, Lambok justru tidak tahu jika Subandi terpeleset hingga tewas, dan seorang anggota rombongan lainnya, Yayuk mengalami luka.
"Saya malah tidak tahu, saya posisi di atas. Ya di gua Langse, dari gua naik ke atas. Saya kejadian persis tidak tahu, saya di atas," katanya. (NRD)
Istri Subandi, Sri Lestariningsih, mengaku tidak tahu suaminya pergi untuk melakukan ritual di tempat itu. Bahkan Sri mengatakan Subandi tidak berpamitan seperti biasanya ketika meninggalkan rumah.
"Sebelum berangkat itu tidak sakit, tapi mungkin di sana kondisinya jadi kurang fit dan terpeleset," kata Sri Lestariningsih, Senin (3/2/2014) saat pemakaman jenasah suaminya.
Sementara menantu Subandi, Iwan Agus, yang ikut ke lokasi untuk mengevakuasi jenasah mertuanya mengatakan hanya menemukan mobil dan sopir yang menjemput Subandi.
"Di sana cuma ada sopir mobilnya, tidak kenal siapa," katanya.
Saat Subandi berangkat, Iwan mengaku sempat melihat ada dua mobil menjemput, satu mobil berisi laki-laki, perempuan, dan seorang anak. Sementara mobil lainnya berisi sejumlah orang, salah satunya Yayuk (45), korban yang mengalami luka dalam peristiwa itu.
"Ada dua mobil, satu ada bapak, ibu dan anak. Satu mobil lain tidak terlalu tahu, tapi ada mbaknya (Yayuk). Bapak (Subandi) sama rombongan yang ada mbaknya itu," kata Iwan.
Menurut informasi Subandi mengikuti ritual di Gua Langse, sekaligus untuk menemani seorang caleg yang mengikuti ritual disana. Caleg bernama Lambok M Sinaga, caleg DPRD Kota Semarang dari PKPI Dapil Semarang Barat dan Semarang Selatan.
Dihubungi melalui telepon selulernya, Lambok membenarkan bahwa ia memang pergi ke Gua Langse untuk melakukan ritual. Namun ia menolak jika dianggap sebagai orang yang memiliki ide. Menurutnya, ada rombongan lain yang datang dengan mobil yang berbeda. Ia mengaku hanya ikut rombongan dan bukan sebagai pemimpin rombongan.
"Saya peserta biasa, bukan ketua rombongan. Diajak om Bandi (Subandi), terus berangkat hari Minggu, saya ikut aja," kata Lambok lewat telepon selulernya.
Saat berangkat, Lambok satu mobil dengan keluarganya dan mengaku tidak kenal rombongan yang ada di dalam mobil lainnya. Namun ia membenarkan, kepergiannya ke gua itu untuk memohon sesuatu agar dikabulkan.
"Ya saya gitu-gitu, di sana ngomong mintanya apa, cita-citanya apa. Itu baru pertama kali sih yang saya ikut. Mereka melakukan ritual itu, tapi tidak kenal siapa mereka," kata Lambok.
Anehnya, Lambok justru tidak tahu jika Subandi terpeleset hingga tewas, dan seorang anggota rombongan lainnya, Yayuk mengalami luka.
"Saya malah tidak tahu, saya posisi di atas. Ya di gua Langse, dari gua naik ke atas. Saya kejadian persis tidak tahu, saya di atas," katanya. (NRD)
Posting Komentar
Posting Komentar