LABUHAN DELI
| GLOBAL SUMUT - Camat Labuhan Deli H.Gongma S harahap S.sos melalui suratnya
bernomor 730/2172 mengeluarkan peringatan kepada sejumlah pemilik
warung cafe, Kemungkinan gerah akan keberadaan sejumlah cafe esek-esek
dan maksiat di wilayah kerjanya serta adanya desakan sejumlah masyarakat
untuk mengambil tindakan tegas terhadap keberadaan cafe tersebut
apalagi pasca dianiayanya seorang oknum wartawan di cafe lesehan rumah
bambu.
Dalam surat peringatan tersebut disebutkan dalam menindak lanjuti surat Kades Manunggal nomor 140/4967/DM/XII/2012 tertanggal 19 Desember 2012, akhirnya camat Labuhan Deli memperingatkan sejumlah pemilik warung cafe untuk tidak menyediakan wanita penjual seks komersial (PSK), minuman beralkohol yang memabukan dan tidak membunyikan musik yang menganggu ketertiban umum hingga larut malam, juga tak diperkenankan menggunakan lampu remang-remang dan tidak memakai pembatas kamar (Sekat-sekat).
Selain itu Camat dalam suratnya yang telah dilayangkan pada hampir seluruh pemilik warung cafe tersebut mengingatkan agar tidak mendirikan bangunan tanpa memiliki Surat Izin membangun (SIMB) dari Pemkab Deli Serdang.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, dari hasil investigasi wartawan Global Sumut ternyata banyak cewek-cewek pelayan kafe diduga masih berumur belasan tahun (ABG) dapat dengan mudah dijumpai dipinggiran pasar lima hingga sebelas tanah garapan Kecamatan Labuhan Deli. Hanya dengan merogoh kocek Rp 150.000-Rp 300.000, pengunjung, area dengan modus warung lesehan di kawasan Desa Helvetia sampai Desa Manunggal yang berbatasan langsung dengan Kota Medan ini, sudah bisa mengajak salah satu perempuan yang menjajakan diri di sana.
Biasanya, harga "kencan" disesuaikan dengan fisik pelayan. Semakin cantik dan muda akan semakin mahal tarifnya. "Kami tidak mau basa-basi dalam melakukan transaksi, kalau tertarik langsung datangi. Harga deal, langsung! Atau, mau menemani minum-minum juga tidak apa-apa, asal cocok saja," ujar salah satu cewek.
Di dalam beberapa lokasi lesehan yang berada disekitar pemukiman warga itu terdapat belasan cewek-cewek yang bisa melayani para tamu ataupun hidung belang. Kebanyakan para pelayan kafe berasal dari dalam Kota Medan walaupun diantaranya ada juga datang dari luar kota.
Satu tempat lesehan bisa didapati belasan pelayan cewek. Biasanya pelayan lesehan menawarkan kepada para tamu menu makanan serta minuman yang ada. Dan kalau beruntung para cewek kafe bisa menemani para tamu sampai berujung ke transaksi arus bawah.
Bila para tamu yang hanya punya duit paspasan bisa pesan minuman ringan serta langsung pilih gubuk ukuran 2 X 2 meter yang telah disediakan para pemilik lesehan. “Kami nggak digaji Bang! Hanya dapat persen dari berapa banyak tamu memesan minuman. Yah bila untung kami ada yang ngajak indehoy walau kadang shorttime dilokasi.
Buka sejak sore hari hingga menjelang pagi, dipastikan setiap harinya lesehan-lesehan terus dikunjungi para hidung belang maupun anak remaja yang sedang berpacaran.(Salim / Mdn).
Dalam surat peringatan tersebut disebutkan dalam menindak lanjuti surat Kades Manunggal nomor 140/4967/DM/XII/2012 tertanggal 19 Desember 2012, akhirnya camat Labuhan Deli memperingatkan sejumlah pemilik warung cafe untuk tidak menyediakan wanita penjual seks komersial (PSK), minuman beralkohol yang memabukan dan tidak membunyikan musik yang menganggu ketertiban umum hingga larut malam, juga tak diperkenankan menggunakan lampu remang-remang dan tidak memakai pembatas kamar (Sekat-sekat).
Selain itu Camat dalam suratnya yang telah dilayangkan pada hampir seluruh pemilik warung cafe tersebut mengingatkan agar tidak mendirikan bangunan tanpa memiliki Surat Izin membangun (SIMB) dari Pemkab Deli Serdang.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, dari hasil investigasi wartawan Global Sumut ternyata banyak cewek-cewek pelayan kafe diduga masih berumur belasan tahun (ABG) dapat dengan mudah dijumpai dipinggiran pasar lima hingga sebelas tanah garapan Kecamatan Labuhan Deli. Hanya dengan merogoh kocek Rp 150.000-Rp 300.000, pengunjung, area dengan modus warung lesehan di kawasan Desa Helvetia sampai Desa Manunggal yang berbatasan langsung dengan Kota Medan ini, sudah bisa mengajak salah satu perempuan yang menjajakan diri di sana.
Biasanya, harga "kencan" disesuaikan dengan fisik pelayan. Semakin cantik dan muda akan semakin mahal tarifnya. "Kami tidak mau basa-basi dalam melakukan transaksi, kalau tertarik langsung datangi. Harga deal, langsung! Atau, mau menemani minum-minum juga tidak apa-apa, asal cocok saja," ujar salah satu cewek.
Di dalam beberapa lokasi lesehan yang berada disekitar pemukiman warga itu terdapat belasan cewek-cewek yang bisa melayani para tamu ataupun hidung belang. Kebanyakan para pelayan kafe berasal dari dalam Kota Medan walaupun diantaranya ada juga datang dari luar kota.
Satu tempat lesehan bisa didapati belasan pelayan cewek. Biasanya pelayan lesehan menawarkan kepada para tamu menu makanan serta minuman yang ada. Dan kalau beruntung para cewek kafe bisa menemani para tamu sampai berujung ke transaksi arus bawah.
Bila para tamu yang hanya punya duit paspasan bisa pesan minuman ringan serta langsung pilih gubuk ukuran 2 X 2 meter yang telah disediakan para pemilik lesehan. “Kami nggak digaji Bang! Hanya dapat persen dari berapa banyak tamu memesan minuman. Yah bila untung kami ada yang ngajak indehoy walau kadang shorttime dilokasi.
Buka sejak sore hari hingga menjelang pagi, dipastikan setiap harinya lesehan-lesehan terus dikunjungi para hidung belang maupun anak remaja yang sedang berpacaran.(Salim / Mdn).
Posting Komentar
Posting Komentar