0
MEDAN | GLOBAL SUMUT - Berbagai pihak elemen masyarakat Sumatera Utara (Sumut) mempertanyakan andil Plt Gubsu, Gatot Pujonugroho ST terhadap pengembangan dunia melayu, khususnya di Sumatera Utara. Menyusul pemberian gelar Dato’ Sri dari Negeri Melaka Malaysia.
Seperti, tokoh pemuda dari Labuhan Batu, Dedy Arfan, Dede Pradesa (Langkat) dan Nurhasanah SSos (DPRD Sumut), Jumat (12/10) di Medan.
Menurut Dedy arfan, sebagai tokoh pemuda melayu di Labuhan Batu, bahwa perlu andil besar terhadap pengembangan dunia Melayu di Sumut dan Malaka. “Barulah pantas Gatot menerima gelar Dato’ Sri. Bila tidak maka perlu dipertanyakan konsistensi Gatot menerima gelar tersebut. Karenannya juga perlu dipertanyakan  gelar tersebut diberikan untuk pribadi Gatot atau pemberian untuk dan atas nama kepala pemerintahan yang bisa bernilai untuk masyarakat Melayu Sumatera Utara,” ujar Dedy penuh tanda Tanya.
Biar anda tau lanjut Dedy kepada wartawan, saya tau persis bahwa Plt Gubsu, Gatot Pujonugroho  pada tujuh bulan yang lalu dilantik sebagai ketua Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Sumut oleh Dato’ Rustam sebagai ketua DMDI Pusat yang bermarkas di Melaka. “Namun nyatanya DMDI Sumut tidak pernah melakukan rapat sekalipun, juga tidak pernah para pengurus DMDI Sumut menerima SK pengurus hingga saat ini,” tambah Dedy.
Seharusnya, lanjut Dedy tindakan pelantikan itu merupakan tanggung jawab Gatot untuk melakukan pembinaan kearah yang benar dalam melaksanakan program kerja DMDI di Sumut. Namun bukan pula perannya sebagai ketua yang telah dilantik hanya untuk mendapatkan gelar dato’ tersebut.
Sementara itu itu ditempat terpisah, tokoh masyarakat Melayu Kabupaten Langkat, Dede Pradesa juga mempertanyakan hal yang sama terhadap legimitasi Gatot menerima gelar “Dato’ Seri”. “ Ah masa itu bisa terjadi. Bagaimana pula eksistensinya ditengah masyarakat Melayu sangat dipertanyakan,” ujar Dede kesal.
Kalau saya tidak salah, ujar Dede, keberangkatan Gatot ke Melaka juga dipertanyakan. “Bila dia menerima gelar Dato’ Seri itu wajar, tetapi kenapa para Sultan yang ada di Sumut, sperti Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, dan Lesultanan Asahan tidak bersedia menyertai rombongan gatot. Tentu ini sangat dipertanyakan komitmen Gatot menerima gelar tersebut,” ujar Dede Pradesa.
Hal yang sama juga dipertanyakan oleh anggota DPRD Sumut, Nurhasanah SSos, terhadap ketidak hadiran Plt Gubsu dalam Paripurna Reses DPRD Sumut, Jumat (12/10) . “Masak dia lebih penting menghadiri pemberian gelar dari pada membicarakan hasil reses yang membicarakan masalah peembangunan rakyat Sumut.  Seharusnya dia lebih dapat memilah-milah kepada kepentingan pembangun Sumut. Apalagi selama ini seluruh hasil reses Dewan tidak ada yang direspon PLt Gubsu,” ujar Nur.
Wakil rakyat dari Dapil Kota Medan dan berasal dari Fraksi partai Demokrat itu juga mempertanyakan komitmen Plt Gubsu, Gatot Pujonugroho menyikapi visi misinya terhadap kesejahteraan masyarakat. “Plt Gubsu tidak pernah ikut andil membicarakan kesejahteraan masyarakat, baik di Bapemas maupun kepentingan rakyat yang ada di Dinas Sosial. Sehingga selama ini anggaran tidak berpihak pada kepentingan masyarakat,” ujar Nur.
Hal lain juga Nur mempertanyakan komitmen Gatot terhadap pengembangan dunia melayu antar kedua negeri ini. “Karenanya perlu dipertanyakan kepada masayarakat Melayu tentang komitmennya terhadap dunia Melayu. Saya pribadi sangat mempertanyakan komitmen itu,” ujar Nur mengakhiri.(GS/MDN)

Posting Komentar

Top